JAKARTA, ITN– Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio menginginkan para pelaku ekonomi kreatif (Ekraf) memahami sepenuhnya ekosistem yang ada sehingga dapat menciptakan peluang-peluang baru serta keseimbangan antara pemain lokal dan asing di pasar tanah air.
“Selain regulasi untuk melindungi hak kekayaan intelektual, pemahaman ekosistem ekonomi kreatif menjadi tantangan ke depan bagi pelaku ekonomi kreatif di Indonesia. Tantangan ekonomi kreatif ke depan adalah memahami ekosistem ekraf itu sendiri. Bukan lagi memikirkan bagaimana mendesain, memproduksi, mengemas, memasarkan dan sebagainya,”ujar Wishnutama saat menghadiri Grand Launching Vokraf di Auditorium Soekarman, Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Jumat (28/2/2020)
Dalam Grand Launching Vokraf tersebut juga berlangsung konferensi bertema “2045: Colaboration to Ingnite Craetive Industry” yang dihadiri Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah, Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, Ketua Indonesia Creative City Network (ICCN) Fiki Satari, dan CEO Vokraf Fina Silmi.
Lebih lanjut Wishnutama mengatakan, bicara soal ekonomi kreatif adalah bagaimana para pelaku berkreasi menciptakan suatu konsep atau ide. Kemudian memproduksi, memasarkan, mendistribusikannya hingga mempelajari dan memahami perilaku konsumen.
Indonesia merupakan pasar yang sangat besar bagi produk-produk ekonomi kreatif. Bahkan di tahun 2045, Indonesia diprediksi menjadi negara dengan ekonomi nomor empat terbesar di dunia. Untuk itu, kata Wishnutama, penting bagi pelaku ekonomi kreatif untuk benar-benar memahami ekosistem yang ada.
“Saya tahu di e-commerce komponen produk ekonomi kreatif itu bisa 60 sampai 70 persen. Tetapi produk buatan Indonesia hanya 10 persen dari produk ekonomi kreatif yang dijual di e-commerce,” katanya.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah pada kesempatan yang sama juga menjelaskan, di era revolusi industri 4.0, manusia tidak lagi menjadi satu-satunya penggerak utama. Sebab, perkembangan teknologi dan informasi memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan ketenagakerjaan.
Ia menilai, yang paling cerdas berinovasilah yang unggul di masyarakat. Dan yang paling responsif terhadap perubahan yang akan bertahan.
“Karakter industri pun berubah tidak lagi berbasis pada sumber daya alam (SDA) melainkan berbasis pengetahuan, inovasi, SDM. Jadi, beranilah bersaing,” ujarnya.
Sementara itu, CEO Vokraf Fina Silmi menjelaskan vokraf merupakan platform edukasi online yang berfokus untuk meningkatkan talenta muda sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan oleh industri kreatif.
“Ada empat bidang kreatif yang menjadi fokus saat ini, yaitu copywriter, 3D animator, graphic designer, dan Youtube content creator. Nantinya para pengguna akan mendapat pelatihan secara langsung dari para expert yang bekerja di perusahaan ternama,” ujar Fina Silmi. (*/evi)