JAKARTA, ITN- KOPI Indonesia saat ini menempati peringkat keempat terbesar di dunia dari segi hasil produksi sebanyak 648.000 ton, setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Biji kopi yang tumbuh di Indonesia, pada dasarnya hanya terdiri dari tiga macam, yakni biji Kopi Arabika, biji Kopi Robusta, dan bji Kopi Liberika.
“Ekspor kopi Indonesia di pasar Timur Tengah bekerjasama dengan Saudi Arabia punya peluang. Indonesia memiliki kopi dari Aceh hingga Papua, namun sayangnya komoditi ekspornya masih terbatas,” ujar moderator, Tengku Irham Kelana saat membuka acara Forum dan Bincang Bisnis Indonesia International Islamic Fair 2019 di Balai Kartini, Jl Jend Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Sabtu (11/5/19).
Acara yang bertema “Peningkatan Kapasitas dan Kualitas UKM-IKM Kopi dalam Memasuki pasar Timur Tengah” ini dihadiri narasumber, diantaranya Ketua Umum Dewan Kopi Indonesia yang juga Mantan Menteri Pertanan RI (Dr Anton Apriyantono), Kopi Baringga (H Tjokorda Ngurah Agung Kusumayudha, SH, MH, MSc), dan Ketua Indonesia Diaspora SME-SMI Export/Journey Wonderfull Indonesia Coffee (Ira Damayanti).
“Persoalan terbesar kopi di Indonesai sebagian besar di tanam di hutan, bukan di perkebunan sehingga panennya tidak intensif. Berbeda dengan Vietnam yang menanam kopinya di perkebunan. Juga masih banyak petani di Indonesia yang kurang paham saat panen dikarenakan alat yang dibutuhkan masih kurang memadai,” ujar Anton Apriyantono.
Anton menambahkan, “Kami dari Dewan Kopi Indonesia siap memberikan dukungan dan tempat konsultasi, serta memfasilitasi pengusaha-pengusaha muda yang akan terjun ke bisnis kopi. Menurutnya tahun ini hingga 2020 kebutuhan kopi dunia mencapai 9-10 juta ton per tahun, dan baru bisa dipasok Brazil 20 persen, Kolombia 10 persen, dan Indonesia masih menjadi peluang untuk pemasok kopi dunia, termasuk ke Timur Tengah.
Ira Damayanti menambahkan, “Indonesia memiliki banyak variasi biji dan rasa kopi, harga kopi kita pun bersaing. Pasar kopi Indonesia besar terkait pasar Timur Tengah, kopi kita selalu menjadi incaran. Mereka lebih suka kopi yang sudah dikemas, siap saji, atau yang sudah di roasting”.
Kopi Baringga yang dikembangkan oleh Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU pada 2017 melihat peluang tersebut dengan berupaya eksis di Indonesia dan luar negeri, khususnya pasar Timur Tengah. “Khusus pasar di Indonesia, Kopi Baringga masih dijual secara online,” ujar penggiat kopi Baringga, Tjokorda Ngurah Agung Kusumayudha pada kesempatan yang sama.
“Baringga merupakan singkatan dari Baret Jingga, berawal dari upaya pengembalian fungsi lahan akibat penebangan luar, tanaman kopi asal Ciwidey, Bandung ini kami kembangkan,” jelasnya.
Nama Kopi Baringga diberikan langsung oleh Panglima TNI AU Marsekal Hadi Tjahjanto ketika masih menjabat Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU).
“Dua tahun lalu nama Kopi Baringga hanya dikenal oleh para anggota Kopassus yang berlatih, sekarang kopi dari jenis varietas Arabica ini mulai dikenal di pasar umum, baik di dalam negeri maupun internasional,” ungkap suami dari desainer Anna Mariana ini.
Lebih lanjut Tjokorda mengatakan, “Saat pilot Sukhoi dari Rusia datang ke Indonesia untuk pelatihan bagi pilot-pilot TNI AU, mereka disajikan kopi Baringga, dan mereka menyukainya, hingga para pilot tersebut membawa kopi Baringga ke Rusia dan mendapat sambutan positif”.
“Kemudian kami mewujudkan Kedai Kopi Baringga pertama di Rusia, tentu saja membuat bangga Indonesia karena hasil komoditinya masuk pasar Eropa, dan harus dikembangkan terus,” ungkapnya.
Walau sudah terbuka peluang lebar memasarkan kopi Baringga, menurutnya masih ada kendala dalam mengembangkan produksi kopi Indonesia. “Masih banyak tanaman kopi di Indonesia yang merupakan tanaman lama, butuh peremajaan, seperti yang dilakukan peremajaan oleh distributor kopi di Kintamani, Bali,” ungkapnya.
Kepada Indonesiatripnews.com, Tjokorda mengatakan, “Minum Kopi Baringga tidak perlu pakai gula, rasanya sudah enak. Aromanya relatif harum dan jenis kopi ini mudah menyerap wangi dari tanaman sekitarnya. Kalau dekat kebun jeruk, kopinya beraroma jeruk, jika disekitarnya ditanam melati akan wangi melati”. (evi)