JAKARTA, ITN – Hari ini, Indonesia merayakan Hari Maritim Nasional, dengan tema yang diusung pada tahun ini ialah “Layar Terkembang Menuju Indonesia Maju.”
Sebagai negara kepulauan yang sangat terhubung, sekaligus bergantung pada lingkungan laut, penting untuk mengenali upaya konservasi dan kedaulatan yang dilakukan di seluruh negeri, khususnya di Kepulauan Natuna.
Natuna sebagai perbatasan paling utara dari Indonesia yang terletak di kepulauan Riau, pulau-pulau ini memiliki peluang besar dalam hal ekonomi yang mencakup perikanan, sumber daya alam, konservasi lingkungan, dan yang terbaru, ekowisata. Belum lagi, kini Natuna menjadi taman bermain favorit yang berkembang pesat bagi para yachter, terlebih lagi sejak Indonesia melonggarkan peraturan masuknya kapal-kapal pesiar untuk berlayar di laut Indonesia.
Dalam sebuah Focus Group Discussion baru-baru ini yang diselenggarakan olehInvest SEA dan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), Wahyu Muryadi, Juru Bicara Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan, “Kepulauan Natuna memiliki potensi yang sangat besar untuk pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan.”
Salah satu panelis lainnya, Rodhial Huda, Wakil Bupati Kepulauan Natuna mengatakan, “Posisi Natuna sangat penting bagi pengembangan wilayah nasional. Selain itu, Natuna memiliki peran yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan memiliki sumber daya yang besar dan memiliki lokasi yang strategis. Hal ini menjadikan Natuna sebagai pintu gerbang bagi kawasan Asia Tenggara.”
Dahulu, pemberitaan mengenai Kepulauan Natuna berkutat pada maraknya kasus penangkapan ikan secara ilegal oleh nelayan asing dan klaim sepihak Tiongkok terhadap sebagian wilayah perairan Natuna (ZEE) menggunakan sembilan garis putus-putus (nine dash line).
Banyak media yang memberitakan ketidakstabilan dan kekacauan di Pulau Natuna, tetapi penelitian lapangan terbaru menunjukkan bahwa hal itu tidak benar.
Beberapa tahun yang lalu, Natuna menghadapi tantangan dalam hal keamanan dan pertahanan, tetapi kini Natuna telah dilengkapi dengan kehadiran militer yang kuat untuk mencegah gangguan dari negara lain.
Berkat upaya keras para pelaut, perairan di sekitar Natuna diawasi dengan ketat sehingga mencegah segala bentuk kegiatan yang tidak sah. Para pelaut ini bertindak sebagai penjaga lingkungan laut, memperingatkan pihak berwenang tentang ancaman apa pun dan memastikan praktik-praktik berkelanjutan ditegakkan.
Lokasi geografis dan kondisi oseanografi Natuna yang sangat baik juga berkontribusi pada kapasitas perikanannya yang tinggi. Para pelaut, yang menyadari kerapuhan ekosistem ini, menerapkan praktik penangkapan ikan yang bertanggung jawab.
Dedikasi ini tercermin dalam budidaya perikanan berkelanjutan di Napoleon, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi pulau ini sekaligus menjaga lingkungan lautnya. (Natuna juga terkenal dengan budidaya perikanan Napoleon dengan kapasitas ekspor yang diizinkan hingga 30.000 kilogram).
Selain sebagai jalur pelayaran dan penangkapan ikan tersibuk di dunia, Laut Natuna Utara menyumbang hingga 10% dari permintaan makanan laut global. Hal ini membuktikan betapa besarnya potensi sumber daya perikanan Natuna.
Pulau Natuna tidak hanya dinyatakan sebagai taman bumi nasional, tetapi juga rumah bagi banyak situs taman bumi, yaitu Tanjung Datuk, Batu Kasah, Gunung Ranai, Senubing, Pulau Setanau, Pulau Senua, Pulau Akar, dan Gua dan Pantai Kamak. Kawasan taman bumi ini nantinya akan diusulkan ke UNESCO Global Geopark untuk menjadi Geopark Dunia.
Pelaut memainkan peran penting dalam mempromosikan konservasi lingkungan, mengedukasi pengunjung tentang pentingnya melestarikan lokasi-lokasi ini untuk generasi mendatang.
Meskipun lokasinya jauh dari daratan utama, Natuna adalah bagian dari Indonesia, dan sering menampilkan warisan dan budaya yang membanggakan. Festival-festival diselenggarakan di pulau-pulau ini sepanjang tahun, menjadikannya destinasi impian para ekowisata:
– Festival Pulau Senua: Agenda rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Natuna melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, bekerja sama dengan Karang Taruna Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur.
– Festival Bahari Kepri (Festival Bahari Kepulauan Riau): Rangkaian acara pariwisata, baik bahari, alam dan budaya, serta permainan tradisional, kreatif dan modern yang akan memeriahkan Kepulauan Riau. Menurut pemerintah, acara ini merupakan branding yang bagus untuk Kepulauan Riau, dan juga Natuna.
– Tour de Kepri: Ajang balap sepeda semi-pro yang penilaiannya mengacu pada standar Union Cycliste Internationale (UCI), atau balap sepeda semi-pro yang unik di Indonesia.
– Yacht Rally Sail to Natuna: Kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Natuna. Acara ini terakhir kali diselenggarakan pada tahun 2019 dan berhasil menarik perhatian wisatawan domestik dan mancanegara.
– Acara ini selaras dengan tema Hari Maritim tahun ini yang menyoroti peran penting pelaut dalam melindungi ekosistem laut.
Natuna juga memiliki 19 wilayah operasi minyak dan gas di Blok Natuna Barat dengan status eksplorasi dan produksi, dan memiliki sumber daya minyak dan gas yang sangat besar.
Namun, para pelaut dan pemangku kepentingan memahami bahwa praktik eksplorasi yang bertanggung jawab sangat penting untuk meminimalkan dampak lingkungan.
Pemerintah telah menetapkan tiga program untuk pengembangan minyak dan gas di Pulau Natuna, yaitu persiapan regulasi untuk pengembangan Natuna, perubahan fiskal agar ladang minyak dan gas menjadi ekonomis untuk dikembangkan, dan juga penambahan waktu eksplorasi seperti perpanjangan waktu pengeboran sumur.
Perjalanan pulau ini menuju pengembangan energi menggarisbawahi pentingnya menyeimbangkan kemakmuran ekonomi dengan pengelolaan lingkungan. (*)