- iklan -

Samarinda, ITN- Ideologi Bangsa Indonesia dewasa ini sudah dalam kondisi “lampu kuning” atau keadaan darurat, sebab ada ideologi lain yang hidup di tengah-tengah masyarakat.  Karena itu perlu dibentuk Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di tingkat daerah yang akan mengembalikan ideologi Bangsa Indonesia yaitu Pancasila dalam kehidupan masyarakat kita.

Hal itu dikatakan Staf Ahli Bidang Polhukam Gubernur Kalimantan Timur, AFF Sembiring ketika ditanya wartawan seusai menjadi salah satu narasumber pada kegiatan “Dialog Kebhinnekaan” yang diselenggarakan BPIP, di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (7/4/19).

Menurut AFF Sembiring, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sangat mendukung upaya yang dilakukan BPIP di Kalimantan Timur dalam menjalin kerjasama dengan stakeholders yang dikenal dengan nama Panca Helix yang terdiri dari pemerintah, kalangan swasta, media, akademisi, dan masyarakat. “Kita sepakat dan ingin agar Panca Helix menjadi perekat Pancasila yang diusung oleh BPIP,” katanya.

Ditanya mengenai metode yang dilakukan BPIP dalam upaya membumikan kembali dan menggali mutiara-mutiara Pancasila dengan landasan gotong royong, Staf Ahli itu menyatakan metode itu sangat tepat. Karena yang disasar adalah kelompok milenial. Mereka adalah bagian terpenting dari kegiatan untuk membumikan Pancasila. Kelompok milenial tersebut merupakan generasi-generasi penerus Bangsa Indonesia masa depan.

Menjawab pertanyaan pentingnya Pancasila dalam kehidupan Bangsa Indonesia, lulusan Akmil tahun 1992 yang telah alih status itu secara tegas mengemukakan ibarat tubuh, maka Pancasila itu adalah urat nadi yang mengalirkan darah ke setiap bagian tubuh. Jika ada bagian yang tersumbat, dapat dipastikan akan ada yang terganggu. “Jadi Pancasila bukan hanya bagian penting dalam kehidupan masyarakat, tapi Pancasila merupakan pemersatu dan segala sumber dalam kehidupan manusia. Bahkan sudah jadi dasar negara yang perlu kita rawat dan jaga,” ucapnya.

Mengenai pentingnya BPIP dibentuk di daerah-daerah, AFF Sembiring mengatakan bahwa sudah saatnya BPIP dibentuk di daerah-daerah seluruh Indonesia. Jika ada prosedur dan birokrasi yang harus dilalui, itu bisa “dilompati” dulu. Karena keberadaan BPIP di daerah sangat diperlukan guna menangkal ideologi selain Pancasila. “Tugas BPIP adalah tugas kita semua untuk menjaga dan merawat Pancasila,” ujar Staf Ahli Gubernur Kaltim itu.

Ia menilai komunitas-komunitas di daerah yang dirangkul oleh BPIP, merupakan ujung tombak bagi pembinaan ideologi Pancasila secara masif.

Dialog Inisiatif Baru

Ideologi di Negara Kita Sudah Kondisi “Lampu Kuning”
Suasana berlangsungnya “Dialog Kebhinnekaan” BPIP di Kota Samarinda.

Di tempat sama Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi BPIP Dr Rima Agristina, SH, SE, MM menjelaskan mengenai langkah BPIP dalam menggali mutiara Pancasila berlandaskan prinsip-prinsip yaitu tekad bersama, gerakan berkelanjutan, kegiatan pemicu, lintas sektoral, partisipatif, jejaring, nilai moral, kearifan lokal, dan terukur. Semuanya itu dilakukan berdasarkan asas gotong royong.

“Dialog Kebhinnekaan”  yang diselenggarakan BPIP selama dua hari di Samarinda, merupakan dialog inisiatif baru yang berisi mengenai bela negara, kearifan lokal, revolusi mental, dan permainan/olahraga tradisional. Dengan adanya revolusi mental harapan yang ingin dicapai adalah Indonesia  bersih, Indonesia melayani, Indonesia tertib, Indonesia mandiri, dan Indonesia bersatu.

Tema “Dialog Kebhinnekaan” adalah Silang Saran Program Inisiatif Baru BPIP, Gerakan BPIP dalam Membudayakan Pancasila, dan Memahami Komunitas dan Karakternya.

Kegiatan itu tidak hanya dilakukan dengan mendengarkan paparan dari para narasumber, tapi juga dialog intens dari peserta yang berasal dari beberapa daerah. Bahkan Direktur Pembudayaan BPIP Irene Camelyn Sinaga tidak segan-segan mengajak seluruh peserta untuk duduk di lantai.

Pada acara yang dihadiri Direktur Hubungan Antar Lembaga dan Kerjasama BPIP Elfrida Herawati Siregar, seorang peserta mengajak seluruh lapisan masyarakat  Indonesia untuk melakukan pembenahan-pembenahan. “Mari kita berdiskusi, jangan bertikai,” katanya tegas.

Elfrida Herawati Siregar menjelaskan bahwa kegiatan itu diikuti 63 orang yang berasal dari Pemda Kaltim, pihak Kecamatan,  kalangan perguruan tinggi, media massa, komunitas, influencer, Purna Paskibraka Indonesia (PPI), dan Komite Olahraga Tradisional Indonesia (KOTI). Peserta dialog berasal dari Kalimatan Timur, Jakarta, Bandung, dan Palembang.

Para peserta dialog diajak untuk membuat jejaring di daerah dan berskala nasional yang nantinya diharapkan jadi mitra BPIP. “Kita sepakat akan memulai siapa kita dan apa yang bisa kita lakukan. Dialog ini akan ditindaklanjuti dengan pertemuan-pertemuan dan membuat program-program, sehingga ada frame work dalam menggali mutiara Pancasila yang berlandaskan sifat gotong royong dan kearifan lokal,” kata Evi, panggilan akrab Elfrida Herawati Siregar.

Sedangkan Irene Camelyn Sinaga mengatakan bahwa kita sudah sepakat punya hashtag dan tagar sendiri dengan menampilkan narasi-narasi baik. Dengan demikian, kita semua akan tersatukan melalui postingan-postingan cerita tentang Pancasila.

Di akhir kegiatan, peserta “Dialog Kebhinnekaan” melakukan Susur Kampung Desa Pampang, Sungai Siring, Samarinda. Di tempat itu kedua Direktur BPIP dan seluruh peserta dialog, selain menikmati tari-tarian tradisional yang sangat memukau juga membaur dan melakukan permainan-permainan tradisional bersama anak-anak setempat. #

- iklan -