- iklan -

JAKARTA, ITN- KREATIVITAS merupakan modal utama dalam menghadapi tantangan global. Bentuk-bentuk ekonomi kreatif selalu tampil dengan nilai tambah yang khas, menciptakan ‘pasar’nya sendiri, dan berhasil menyerap tenaga kerja, serta pemasukan ekonomis.

“Sekarang ini kreativitas itu lebih penting dari pada modal. Dimulai dari gagasan kecil tanpa modal, beli pohon kaktus Rp15.000, lalu di tanam sendiri dan jadi berkembang,” ujar Andi F Noya saat membuka acara peluncuran edisi kedua Majalah PARAF bertema “Creative Hero” di Jakarta, Senin (14/11/16).

00000000a2PARAF, sebuah publikasi yang merekam kumpulan visi dan inspirasi pelaku industri kreatif di Indonesia, lahir dari hasil kerjasama antara sejumlah pelaku dan peminat industri kreatif dan media. Paraf berisi tulisan-tulisan mengenai perjalanan dan perkembangan para pelaku industri kreatif di Indonesia.

PARAF ditujukan bagi mereka yang sedang merintis atau sedang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang entrepreneur agar dapat menyerap inspirasi dari para pelaku industri kreatif lndonesia yang kisahnya dipaparkan dengan teliti dalam buku ini. Dibagi ke dalam lima kategori, yakni lnspirasi, Sorotan. Esensi, Destinasi, dan Diskusi.

Majalah ini mendokumentasikan perkembangan industri kreatif dalam bidang ritel dan mode, fotografi. digital dan teknologi, arsitektur, seni dan budaya, kecantikan, akademik, musik, kuliner. dan sosial.

“PARAF edisi kedua merekam jejak para creative entrepreneur dan innovator yang berhasil melahirkan karya hebat dan memunculkan lapangan usaha baru sesuai wadah yang tersedia, dengan target pasar yang menuntut lebih,” ujar pelaku industri kreatif sekaligus penerbit yang menginisiasi PARAF, Ben Soebiakto.

Lebih lanjut ia mengatakan, “Hebatnya, saat wadah yang tersedia dianggap tidak cukup, kreativitas muncul dan bergerak menyetirkan wadah yang ada, ke arah baru”.

Menurutnya sudah begitu besar dan majunya perkembangan industri kreatif di tanah air, sudah selayaknya ada dokumentasi regular yang baik dengan didesain dan dikemas secara premium agar layak dibanggakan ke seluruh pelosok tanah air.

Hal itulah lah yang melatarbelakangi lahirnya PARAF. Di bawah bendera PT. lde untuk Indonesia, Ben kemudian menggandeng branding and design agency Greenlab, editorial agency ASA, distributor fancy paper PAPERINA dan juga percetakan Harapan Prima.

Ben menambahkan, “Indonesia dapat terus bergerak maju bila banyak pihak selalu terbuka untuk berkolaborasi. Kolaborasi ini pula yang menjadi nyawa dalam konten maupun direksi artistik PARAF”.

Pada edisi kedua ini, PARAF menampilkan perjalanan panjang Tex Saverio dalam membangun Rumah Mode. atau Mira Lesmana dalam menyemarakkan perfilman nasional. Di bidang lain ada David Tarigan yang berbagi cerita dalam menggagas lrama Nusantara, Christiawan Lie, atau Arin Sunaryo yang giat dengan seni rupa. Dan masih banyak tulisan tentang para creativepreneur lainnya.

00000000a3Ulasan PARAF pada edisi kedua semakin komplit dengan segmen industri kreatif yang terus berkembang. Selain mereka yang disebutkan di atas, banyak narasumber dari bidang penunjukan, aplikasi dan pengembangan game, desain produk, desain interior, penerbitan, hingga bidang hospitality.

Hadir dalam peluncuran kedua ’PARAF, Ernanda Putra (Makna Creative) dan Desy Bachir (Avenu Indonesia) dan Ben Soebiakto (Chairman ldeaFest).

Selain diterbitkan dalam sebuah ekslusif magazine, pembaca juga dapat mengakses informasi secara online, baik melalui akun lnstagram @idparaf maupun melalui website www.paraf.oo. PARAF sudah bisa didapatkan di beberapa toko buku di Indonesia dengan harga Rp170.000. (evi)

- iklan -