- iklan -

ENDE, ITN- TEPAT pukul 24.00 WIB, malam Pagelaran Seni Budaya yang dihadiri Bupati Ende, Wakil Bupati Ende, tamu undangan, dan masyarakat Ende berhenti, lampupun dipadamkan.

Bupati Ende, Ir Marselinus YW Petu mengakhiri acara malam Pagelaran Seni Budaya tersebut dengan mengajak para undangan dan masyarakat setempat berjalan menuju Lapangan Pancasila Ende untuk kemudian masuk ke dalam Taman Renungan Bung Karno atau lebih dikenal dengan lokasi Pohon Sukun.

Di area taman tersebut terdapat satu pohon sukun dengan lima cabang pohon yang dihiasi lima warna lampu, yakni hijau, merah, biru, kuning, dan putih. Tak jauh dari pohon tersebut tampak terlihat patung Bung Karno yang sedang duduk di bangku dekat pohon sukun.

Di bawah pohon sukun Dewi membacakan renungan malam. Foto. evi
Di bawah pohon sukun Dewi membacakan renungan malam. Foto. evi

Pohon sukun dengan warna-warni lampu tersebut merupakan pohon tempat dimana Bung Karno kerap menghabiskan waktu untuk merenung hingga lahir Pancasila dengan lima silanya sebagai ideologi bangsa.

Di Pohon sukun ini menjadi tempat terakhir setelah melaksanakan peringatan hari lahir Pancasila di Kabupaten Ende yang dilaksanakan pada 31 Mei dengan Napak Tilas mengenang perjalanan Bung Karno saat tiba pertama kali di Pelabuhan Ende yang sekarang menjadi Pelabuhan Bung Karno.

pohon sukun3Dilanjutkan menuju ke tempat-tempat yang sering di kunjungi Bung Karno di Jalan Perwira-Ende-Gedung Imaculata (tempat pementasan Tonil), Masjid Ar-Rabithah, Gereja Katedral, Bekas Toko De Leew, Toko Sinar Kencana, Toko Sekawan Jaya, Makam Ibu Amsi, hingga berakhir di Pohon Sukun.

Selama masa pengasingan 1934-1938 di Ende, Bung Karno kerap bertukar pikiran dengan tokoh-tokoh agama yang ada dan pergaulan dengan masyarakat di sekitar ini, merupakan embrio dari butir-butir mutiara yang nantinya menjadi 5 butir Pancasila.

Sedangkan pementasan Tonil Kelimutu di Gedung Imaculata merupakan salah satu bukti kedekatan Bung Karno dengan Misionaris-misionaris Belanda (Pastor) di Gereja Kathedral Ende.

Taman Renungan Bung Karno secara tidak langsung punya andil besar dalam sejarah lahirnya ideologi bangsa Indonesia. Melalui perenungan yang mendalam di taman ini, Bung Karno mendapat ilham bahwa negara ini harus memiliki ideologi yang merangkum berbagai aspek kebangsaan.

Suasana upacara renungan malam . Foto. evi
Suasana upacara renungan malam . Foto. evi

Malam renungan dimulai dengan laporan Komandan Upacara kepada Bupati Ende selaku Inspektur Upacara, dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh empat pemimpin agama, yakni Islam, Katolik, Protestan, dan Hindu.

Pembacaan renungan, sambutan dari perwakilan sahabat ahli waris Bung Karno, dan sambutan dari Bupati Ende yang hanya diterangi lampur obor membuat suasana terasa hening.

”Di Ende, di bawah naungan teduh sebatang pohon Sukun, Soekarno memikirkan revolusi dan perjuangan menuju Indonesia merdeka, serentak memikirkan prinsip-prinsip dasar yang di atasnya ia hendak meletakkan kemerdekaan bangsa ini,” demikian beberapa alinea dari pembacaan renungan malam tersebut yang dibacakan oleh Dewi.

Malam renungan yang menghabiskan waktu kurang lebih satu jam tersebut diakhiri dengan laporan Komandan Upacara untuk membubarkan barisan. (evi)

- iklan -