JAKARTA, ITN – Firma komunikasi penyedia konsultasi strategis untuk hubungan masyarakat, narasi digital, manajemen krisis, komunikasi internal, dan branding diberbagai industri dan sektor, serta berpusat di Singapura, ‘REDHILL’ bersama dengan tim spesialis komunikasi berdedikasi membuat kampanye yang membangun reputasi merek dan pangsa pasar.
Dalam REDHILL ASEAN Youth Survey 2020 edisi pertama yang dilakukan ditengah masa pandemi Covid-19 berlangsung, menunjukan bahwa pemuda Indonesia meragukan kemampuan pemerintah dalam menangani serta memulihkan keadaan bangsa terutama dalam hal Ekonomi dan Sosial.
Edisi kedua REDHILL ASEAN Youth Survey menunjukan nilai peran pemuda – pemuda Asia Tenggara sebagai pendorong utama perubahan ekonomi, budaya, sosial dan politik. Studi ini dicoba untuk mengambil gambaran singkat dari aspirasi dan kepedulian kaum muda terhadap pemerintahan, ekonomi, pendidikan, pilihan hidup dan konsumsi media – ini merupakan penilaian lebih dari 2.000 pemuda berusia 18-35 tahun di 8 negara anggota ASEAN.
“Indonesia sedang menghadapi beban berat dari COVID-19, jadi dapat dimengerti bila kaum muda mereka menilai situasi bangsa mereka berapa pada titik lemah. Meskipun mereka percaya bahwa masih banyak yang dapat dilakukan untuk memperbaiki masalah ekonomi dan pemerintahan selama pandemi, upaya yang lebih seimbang terhadap respons penanganan kesehatan – selain upaya pemerintah untuk memerangi penyebaran informasi yang salah – menjadi hal yang mereka harapkan di masa depan,” ujar Jacob Puthenparambil selaku CEO REDHILL.
Pada sektor Ekonomi dan Pemerintahan, terdapat temuan yang menunjukkan bahwa 35 persen anak muda Indonesia optimistis perekonomian Indonesia akan pulih pada tahun 2021, selanjutnya 31 persen percaya akan tetap sama seperti tahun ini dan
sepertiga dari 33 persen percaya keadaan akan semakin buruk. Memiliki 40 persen responden khawatir tentang keadaan ekonomi saat ini, penilaian tersebut menunjukkan ketidakpastian pada penanganan situasi Covid-19 oleh pemerintah saat ini.
REDHILL ASEAN Youth Survey 2020 turut menyoroti beberapa pemuda Indonesia yang merasa puas pada penanganan kesehatan oleh pemerintah selama Covid-19 yang mana jumlahnya hanya setengah dari total responden. Dalam hal penanganan masalah sosial selama krisis, hanya 26 persen yang yakin bahwa pemerintah baik-baik saja. Sebagai catatan, peringkat persetujuan Indonesia di sini sama dengan Thailand dalam pengelolaan masalah sosial tetapi di atas Malaysia (25 persen), Filipina (16 persen), Myanmar (13 persen) dan Kamboja (2 persen).
Dalam sektor Pendidikan dan Gaya Hidup, terdapat hampir 90 persen responden Indonesia percaya bahwa sistem pendidikan mereka perlu lebih memberdayakam teknologi, terutama karena banyak anak muda harus beradaptasi dengan pembatasan sosial serta pembelajaran jarak jauh. Hal tersebut berkorelasi dengan 98 persen dari seluruh responden ASEAN yang memiliki pandangan yang sama.
Survei dalam sektor Pendidikan dan Gaya Hidup menunjukan bahwa meskipun pergerakan internasional dibatasi sepanjang tahun 2020 dan penyebaran Covid-19 yang sedang berlangsung di negara lain, 75 persen pemuda Indonesia berusia 18-24 tahun masih ingin melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri.
Memiliki pekerjaan yang jaraknya jauh telah menjadi kebiasaan baru saat pandemi, sehingga ketika responden mendapat pertanyaan “Apakah mereka merasa dapat mencapai keseimbangan kehidupan kerja yang diinginkan ?”.
Terdapat 16 persen responden percaya bahwa mereka dapat dengan nyaman menyeimbangkan kehidupan profesional dan pribadi mereka, sementara sepertiga (33 persen) mencapai keseimbangan sampai taraf tertentu pada Negara Indonesia. Sebagai perbandingan, sepertiga (33 persen) memiliki pandangan yang ambivalen untuk mencapai keseimbangan tersebut sementara 15 persen merasa bahwa mereka tidak dapat melakukannya. Tren serupa dapat dilihat secara regional, dengan 16 persen dari semua responden ASEAN sangat percaya bahwa mereka menikmati keseimbangan kehidupan kerja yang baik dan 38 persen menyatakan bahwa mereka mencapainya pada tingkat tertentu.
Memetik hikmah dari pandemi Covid-19 saat ini adalah para pengguna dari segala bidang telah meningkatkan ketergantungan manusia pada teknologi dan alat digital untuk berkomunikasi satu sama lain, serta para pemimpin ASEAN telah memprioritaskan untuk memerangi penyebaran berita palsu, terutama ketika berbagi informasi terkait pandemi.
Hasil survei menunjukan ketika terdapat pertanyaan yang ditanyakan tentang kemampuan mereka untuk menentukan keakuratan berita, 24 persen responden di Indonesia yakin bisa melakukannya, sementara 45 persen yakin bisa melakukannya pada tingkat yang lebih rendah. Sebaliknya, 30 persen dari seluruh responden ASEAN yakin dapat membedakan antara berita nyata dan palsu. Sementara itu, 43 persen yakin bisa melakukannya,
meski dengan rasa kurang percaya diri.
Memiliki hasil hanya dibawah 40 persen peringkat persetujuan, dibandingkan
dengan 37 persen yang tidak puas terhadap upaya tersebut serta 23 persen percaya upaya tersebut hanya memperparah situasi, membuktikan bahwa generasi muda di Indonesia prihatin akan upaya pemerintah untuk mengekang penyebaran berita palsu.
Peringkat persetujuan di Indonesia cocok dengan temuan survei pada tingkat regional – seperti yang terlihat di Malaysia (33 persen), Thailand (25 persen), Filipina (19 persen) dan Kamboja (19 persen). Peringkat persetujuan yang mendapat hasil tinggi hanya terlihat di Singapura (63 persen), Vietnam (60 persen) dan Myanmar (91 persen). (*/Sha)