TANGERANG, ITN- PEKAN Raya Indonesia yang diresmikan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf di Indonesia Convention Exhibition BSD City, Tangerang, Kamis (20/10/16) menjadi perjalanan yang menyenangkan. Pameren yang merupakan pestanya rakyat Indonesia ini digelar untuk pertama kalinya secara entertainment.
Untuk masuk ke ruang pameran pengunjung dikenakan harga tiket Rp25.000 Senin-Jumat dan Sabtu-Minggu Rp35.000, tiket Pekan Raya Indonesia (PRI) juga bisa dibeli di Indomaret, Alfamart dan Kiostix. Untuk jam operasional, Pekan Raya Indonesia dibuka pukul 15.00 – 22.00 WIB Senin-Jumat, sedangkan khusus hari Sabtu dan Minggu dibuka pukul 10.00 WIB – 23.00 WIB.
PRI berlangsung selama 18 hari dari 20 Oktober-6 November 2016. Penyelenggaraannya berlangsung dari hall 1 hingga hall 10 dan dimeriahkan dengan 1.000 band, 1.000 kuliner warisan nusantara, dan urban.
Triawan Munaf mengatakan, “Belum ada pameran seperti ini. Ekonomi kreatif merupakan tulang punggung ekonomi nasional. Sayangnya, mulai periode 2011-2014 kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB mengalami penurunan”.
“Tahun 2011, kontribusi ekonomi kreatif pada PDB masih enam persen, namun pada 2014 turun menjadi empat persen. Tugas kita, kembalikan kontribusi ekonomi kreatif,” ujar Triawan dalam sambutannya.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan wadah untuk mendorong para pelaku usaha baik skala usaha kecil menengah maupun industri, meningkatkan akselerasi perekonomian rakyat serta memanjakan masyarakat untuk berbelanja sekaligus berwisata jelang akhir tahun.
Lebih lanjut Triawan mengatakan, “Ide dan gagasan ekonomi kreatif tidak pernah habis. Musik, film, fashion, kuliner merupakan bagian dari ekonomi kreatif. Tahun depan, kita akan menaikkan kontribusi ekonomi kreatif pada PDB menjadi 5,25 persen”.
Triawan berharap, hal ini dapat menjadi penggerak ekonomi dan bisnis serta memperluas kesempatan dan lapangan kerja baru, sehingga tercipta pertumbuhan ekonomi nasional.
Selesai meresmikan Pekan Raya Indonesia 2016, Triawan Munaf dengan didampingi Ketua Pekan Raya Indonesia 2016, Irwan Oetomo, Managing Director PT Indonesia Internasional Graha, Ryan Adrian, menuju stan kuliner yang berada di hall 9 dan hall 10.
Stan Rumah Dodol Betawi milik Rizal menjadi persinggahan pertama dengan melihat proses pengadukan dodol di atas kenceng (kuali). Rizal pemilik Rumah Dodol Betawi yang telah berdiri pada 1970 ini merupakan pemilik generasi ketiga. Selain dodol, Rizal juga menawarkan minuman bir pletok dan boneka ondel-ondel dengan harga Rp50.000 sepasang.
“Proses membuat dodol dari awal hingga ke kuali membutuhkan waktu kurang lebih enam jam, ditambah proses pengadukan tiga jam,” ujar Rizal yang mengaku baru pertama kali mengikuti pameran secara live show dengan ruangan in door.
Menurutnya dahulu memasak dodol pakai kayu bakar, tetapi dengan eksperimen selama enam bulan yang dilakukannya, ia mengubahnya dengan kompor sehingga lebih hygenis dan mudah bila ada kegiatan pameran.
“Awetnya dodol itu tergantung dari pemakaian gula, semakin banyak gula pasir akan makin lama dodol menjadi bulukkan, tetapi makin keras. Tapi kalau banyak gula jawa dan aren akan semakin lembut tapi cepat buluk dan tidak awet,” jelas Rizal.
Untuk itulah dodol biasanya tidak banyak dijual di supermarket karena tidak tahan lama, kekuatannya paling lama dua minggu. “Biasanya dodol itu banyak yang pesan kalau pas mau lebaran dan untuk hantaran pernikahan, dll,” ungkapnya.
Tak hanya dodol yang dipertunjukkan Rizal juga akan mempertunjukkan cara membuat Bir Pletok dengan menggunakan kayu secang pada hari berikutnya.
Dari Rumah Dodol Betawi, kunjungan stan selanjutnya dengan memotong kue lapis terpanjan persembahan Marizafood. Kue tersebut menjadi rekor Muri karena memiliki panjang 2,4 meter tanpa sambungan.
Selain stan Rumah Dodol Betawai pengunjung juga dapat menikmati wisata kuliner lainnya, seperti Toko Oen Semarang (sejak 1936), Soto Ahri Garut (sejak 1943), Kupat Tahu Gempol (sejak 1965), Es Kopi Tak Kie, (sejak 1927), Nasi Campur Bukit Tinggi Keramat Soka (sejak 1970), Mangut Ikan Manyung Bu Fat (sejak 1969), Ayam Bakar Mbok Sinten (sejak 1948), Martabak Kubang Hayuda & Roti Cane (sejak 1928), Gudeg Yogya Laminten (sejak 1980), Es Durian Iko Gantinyo (sejak 1986), Ketupat Sayur Gloria (sejak 1965), Lontong Balap Bioskop Ria (sejak 1958), Depot Legenda Tahu Tek CakKahar (sejak 1970), Nasi Uduk & Nasi Ulam H.Yoyo (sejak 1970), Nasi Jamblang Mang Dul Cirebon (sejak 1970), Soto Roxy H. Darwasa (sejak 1948), dan masih banyak lainnya.
Selain band dan kuliner, PRI menampilkan ragam atraksi budaya Indonesia di panggung nusantara yang akan menampilkan penampilan musik dari beragam daerah, seperti penampilan Nusa Tuak dari Nusa Tenggara Timur, Horja Bius dari Batak – Sumatera Utara, Sakatalu dari Jawa Barat, Passare Ensemble dari Sulawesi Selatan, Alam Dewata Band dari Bali, dan banyak lagi lainnya. Pengunjung juga akan dihibur dengan pagelaran budaya seperti Tari Lesung dari Banten, Sisingaan dan Jajangkungan yang merupakan kesenian Sunda, serta Tari Kabasaran Minahasa dari Sulawesi Utara.
Sementara Venue hall 3 akan dimeriahkan dengan beragam gerai multi produk dengan potongan harga khusus untuk gerai anak-anak, gerai busana, dan gaya hidup, kosmetik, gerai barang barang konsumer, furnitur, peralatan rumah tangga, multiproduk, gadget dan teknologi informasi,hingga gerai otomotif; motor dan mobil.
Bagi pengunjung yang datang bersama keluarga dan membawa anak-anak, hall 9 selain kuliner menjadi pilihan dengan beragam pameran produk mainan, permainan anak; horse riding, gokart, paint ball, istana balon, trampoline, dan becak mini, serta wahana conjuring house dan wahana dunia salju. (evi)