JAKARTA, ITN- SETELAH menempuh perjalanan kurang lebih hampir dua jam dari Jakarta, IndonesiaTripNews.Com sampai di Desa Tegal Angus, Teluk Naga, Tangerang. Puluhan ibu-ibu dan anak-anak balita dari desa tersebut tampak telah siap mendengarkan program pengentasan gizi “Sahabat Gizi Kita” (SAGITA) yang diselenggarakan PT Sumber Prima Anugrah Abadi bekerjasama dengan PKPU Human Initiative.
Kerjasama ini dalam rangka menurunkan angka gizi buruk di Desa Tegal Angus, Teluk Naga, Tangerang, bagaimana ibu tetap peduli pada gizi anak dengan menghadirkan para kader gizi, pahlawan gizi untuk anak.
“Dipilihnya desa ini dikarenakan PKPU menilai Desa Tegal Angus lebih krusial karena nilai gizinya sangat rendah dan dari indikator pendidikannya juga rendah, kami berharap dengan program ini ada sedikit perubahan,” ujar General Manager Operations PT Sumber Prima Anugerah Abadi, Mumu Alqodir pada acara penyerahan donasi dan pengukungan para kader pelaksana program pengentasan perbaikan gizi anak di Tangerang, Rabu (26/7/17).
Program ini menurutnya sebagai kelanjutan setelah sukses meluncurkan Program Berbagi Kelezatan pada bulan Ramadhan lalu. Melalui program “Berbagi Kelezatan”, Mumu berharap misi Sumber Selera yang ingin menjadi pilar penopang dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia dapat terwujud.
“Kami berharap gerakan ‘Berbagi Kelezatan’ bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia,” tutur Mumu, yang menyebutkan bahwa program Berbagi Kelezatan akan menjadi kegiatan CSR yang berkelanjutan dari PT Sumber Prima Anugrah Abadi (Bakso Sumber Selera).
Program yang diluncukan di bulan Ramadhan 2017 lalu, menghimpun donasi dari hasil penjualan sebesar Rp50.000.000. Donasi yang terkumpul selanjutnya disalurkan melalui PKPU Human Initiative untuk menopang tugas para kader guna mengentaskan kekurangan gizi 20 anak dan 20 ibu yang memiliki anak kekurangan gizi.
Menurut Mumu, Desa Tegal Angus perlu perbaikan kesehatan gizi. “Tidak perlu yang mahal-mahal, untuk perbaikan gizi bisa didapat dari tumbuhan atau hewani atau dari bakso Sumber Selera, karena tidak lepas dari gizi yang kita butuhkan”.
Mumu menjelaskan, Bakso Sumber Selera diproduksi dalam skala besar mulai dari pemilihan sapi yang segar, dipantau dari bibit, pertumbuhannya hingga memberikan nilai gizi yang baik.
Tak hanya itu menurutnya bakso yang diproduksinya halal, dalam hal ini mulai dari penyembelihan hewannya dan bersertifikat halal dari MUI. “Semua proses terpantau sehat, selain terjamin kehalallannya juga kesehatannya yang telah melalui prosedur BPOM, jadi tidak sekedar bisnis, 26 persen bakso ini mengandung protein dan akan terpenuhi 75 gram untuk makan” paparnya.
Lebih lanjut Mumu mengatakan, “Para kader yang telah dipilih dari maryarakat sekitar ini merupakan ujung tombak kesusksesan program ini. Mudah-mudahan tujuan kami mendapat berkah, bermanfaat, dan berjalan dengan baik, dan bisa mengikuti program dengan baik”.
Pria asal Ciamis, Jawa Barat ini menegaskan bahwa kader yang terpilih bukan hanya karena passion semata. Tetapi, berdasarkan pada seberapa luas pengetahuan mereka tentang gizi serta seberapa dekat mereka dengan keseharian anak-anak di wilayah tersebut.
“Hal ini penting karena kalau mereka tidak paham tentang itu semua, maka khawatirnya program tidak tepat sasaran, dan selama tiga bulan kita lakukan monitoring dengan harapan ada perubahan,” ujar Mumu lebih lanjut.
Pada program ini, PKPU Human Initiative bekerjasama dengan petugas kesehatan pemerintah desa setempat. Mereka terjun langsung kelapangan melakukan berbagai rangkaian pendekatan dalam rangka perbaikan gizi anak-anak selama tiga bulan.
Pada program yang mendapat dukungan penuh dari donasi Bakso Sumber Selera ini, para kader akan menyelenggarakan intervensi gizi seimbang secara holistik guna memastikan periode emas 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dapat diraih dengan sebaik-baiknya oleh anak-anak di wilayah tersebut.
Tidak hanya melakukan pemantauan perkembangan gizi anak-anak dan ibu penerima manfaat, para kader juga memiliki tugas untuk mengedukasi masyarakat sekitar sehingga pengetahuan mereka tentang pentingnya menjaga kesehatan lingkungan serta memperhatikan asupan gizi anak-anak bisa bertambah.
Melalui jajaran kader tebaiknya Mumu berharap mereka mampu meningkatkan berat badan balita minimal naik 20% serta menumbuhkan pengetahuan ibu minimal naik 30% dari pretest ke postest.
Sementara pada kesempatan yang sama Inda Kusumawati, salah satu kader mengatakan ibu-ibu dan balita yang hadir wajib ke Posyandu untuk mendapatkan program SAGITA. “Ada harian, pekanan, bulanan, dan akhir program,” ungkapnya.
Harian, yakni Pemberian Makanan Tambahan (PMT) harian dilakukan untuk membantu balita gizi buruk dan kurang agar mendapatkan asupan gizi yang lebih baik. Pada implementasinya, PMT harus diberikan pada balita setiap hari pada waktu makanan selingan, baik pukul 10.00 dan atau 15.00 waktu setempat. Orang tua dipicu untuk dapat mengalihkan alokasi uang jajan menjadi pembelian atau pembuatan PMT.
Pekanan, yakni dengan mengikuti kelas gizi, merupakan kegiatan pengkapasitasan pengetahuan ibu balita seputar gizi anak dan perawatan balita malnutrisi. Kegiatan ini dilakukan setiap minggu dengan diawali dan diakhiri dengan prepostest. Setiap minggu materi yang akan disampaikan serta metodenya terlampir pada modul kurikulum sekolah gizi balita. Beberapa kegiatan pada saat kelas Ibu antara lain mengisi presensi, pretest, materi, postest, dan makan bersama.
Dilanjutkan dengan memantau tumbuh kembang balita, merupakan kegiatan pengecekan status gizi berdasarkan indikator Berat Badan/Umur dan Berat Badan/Tinggi Badan. Selain pemeriksaan status gizi, juga dilakukan pemeriksaan perkembangan balita dengan indikator sesuai dengan panduan buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan tiap dua pekan sekali.
Bulanan, Home visit/Kunjungan rumah. Kunjungan dilakukan oleh kerabat setiap satu bulan sekali. Tujuannya adalah melihat perkembangan ibu dan anak saat berada di lingkungan rumah. Pertanyaannya pun akan selalu sama setiap home visit guna melihat pergeseran perilaku ibu dan balita. Pada saat kunjungan, fasilitator juga langsung memeriksa tumbuh-kembang anak. (evi)