TANGERANG, ITN- KOTA Tangerang terletak di Tatar Pasundan Provinsi Banten, Indonesia. 30 Km sebelah barat Jakarta dan 90 Km sebelah tenggara Serang, ibu kota Provinsi Banten. Kota Tangerang Selatan (Tangsel) berbatasan dengan Kota Tangerang di sebelah Utara, Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat) di sebelah Selatan, Kabupaten Tangerang di sebelah Barat, serta Daerah Khusus Ibukota Jakarta di sebelah Timur.
Seperti halnya daerah lain yang memiliki keragaman dan keindahan kain batik, Kotamadya Tangsel juga memiliki batik khasnya. Dibawah komando Walikota Airin Rachmi Diany SH, MH, Mkn melahirkan sejumlah perajin batik di Tangsel. Dalam pertumbuhannya meski perlahan namun pasti, batik Tangsel berkembang dan memiliki ciri khas dengan gaya etnik dan terinspirasi dari sejarah serta peninggalan Kolonial.
Adalah Ian Adrian, perancang nasional yang sudah setahun ini mengesplorasi batik Tangsel. Ian, tercatat sebagai salah satu perancang nasional yang banyak mengeksplorasi dan mengembangkan kain lokal dari berbagi daerah hingga menjadi terkenal antara lain kain Sasirangan dari Kalimantan yang dieksplorasi melalui acara peragaan busana di pasar Apung, Banjarmasin hingga membuat kain Sasirangan makin dikenal luas oleh masyarakat. Kemudian Ian Adrian juga pernah mengesplorasi dan mengembangkan batik-batik Jawa batik Papua.
Melalui sentuhan tangan emas Ian Adrian yang belakangan banyak menghabiskan waktu blusukan ke kota Tangsel mengesplorasi batik kota ini. “Saya sedang mendapat amanat dan kepercayaan dari Pemerintah Kotamadya Tangeran Selatan untuk mengeksplorasi batiknya,” ujarnya pada malam peringatan Ulang Tahun Kota Tangerang Selatan, di Lapangan Sun Burst, BSD, Minggu (26/11/17).
Sebagai insan fashion, Ian Adrian mengaku sangat berbahagia apabila ada pengembangan tekstil diseluruh Nusantara, baik berupa tenun, jumputan, dan batik. Pada malam ini, Ian Adrian menghadirkan eksplorasi batiknya pada rancangan busana siap pakai seperti blus, rok, celana, dres, dan sebagainya.
Ian mengatakan, “Dengan prestasi membanggakan Indonesia di dunia internasional, yaitu dengan sudah diakuinya batik oleh UNESCO sejak tahun 2009, hal ini menandakan batik bukan hanya milik satu daerah, tetapi sudah merupakan identitas bangsa”.
“Maka diharapkan batik diseluruh Nusantara bermunculan dengan motif dan ciri daerah masing-masing-masing. Dan kebahagiaan saya adalah dipercaya mengeksplorasi Batik Tangsel yang sekarang sedang saya eksplor,” ungkapnya lebih lanjut.
Untuk tehnik pengerjaan Batik Tangsel ini menurutnya, tehnik pengerjaannya sama seperti daerah lain yaitu sebagai tehnik dasar utamanya tetap menggunakan canting, malam, dan cap. Adapun untuk pengerjaan Batik Tangsel ini, ia mendapat dukungan dan peran Pemeritah Kotamadaya Tangsel melalui Walikota Tangsel, Airin Racmi Diany beserta jajaranya dan juga masyarakat Tangsel.
“Saya sangat berterimakasih dan apa yang dilakukan Ibu Airin merupakan dukungan dan peran yang berati untuk mengeksplorasi batik Tangsel,” ungkapnya.
Ian Adrian berharap ke depannya Batik Tangsel lebih dikenal baik di Indonesia, tingkat nasional bahkan menembus global, dunia Internasional. Kemudian mampu meningkatkan sektor ekonomi kreatif dan usaha kecil menengah.
Menurut Ian Adrian, Batik Tangsel terinspirasi dari lingkungan, adat istiadat, kuliner, alam, flora dan fauna yang ada di wilayah Tangsel. Yang menjadi kekuatan ciri khas indentitas Batik Tangsel, yakni memiliki gaya etnik meski Tangsel tidak memiliki motif secara khusus, tetapi Tangsel telah mengangkat kearifan budaya lokal yaitu berupa pemilihan ikon flora dan fauna.
“Di Tangsel terkenal dengan budidaya Anggrek Ungu jenis Van Douglas yang harus dilestarikan. Terkenal dan kemasyuran si anggrek ungu Van Douglas berawal dari sepetak perkebunan anggrek Vanda Douglas di daerah Pamulang,” ungkap Ian Adrian.
Menurutnya, dulu ada hektaran tapi kini luasnya tak seberapa, lahan tergusur perumahan saat daya jual bunga tak sebanding dengan kebutuhan. Keindahan bunga ini menjadi ikon Tangsel yang tampak pada spanduk yang biasa terlihat di perkantoran atau jalan yang isinya selalu menyematkan gambar bunga anggrek ungu Van Douglas.
Flora peninggalan di masa kolonial Belanda itu, menjadi bukti kekhasan dan indentitas Tangsel. “Tangsel memiliki kekayaan alam raya tumbuhan, pepohonan, dan hewan yang ada di sana. Hal ini yang menjadi inspirasi untuk eksplorasi Batik Tangsel yang saya kerjakan,” jelas Ian.
Yang tak kalah menarik berdasarkan sejarah tempo dulu, Tangsel juga memiliki kekhasan dengan Blandongan atau bangunan rumah yang ternyata khasnya kota ini. Umumnya bangunan yang disebut Blandongan merupakan bangunan semacam saung yang dibuat di dekat rumah induk yang berfungsi sebagai tempat kumpul atau mengobrol. Pemilik Blandongan umumnya warga yang memiliki kebun atau warung.
Blandongan ini adalah tempat hasil kebun disimpan setelah dipetik. Menjadi tempat petani rehat dan ngopi sesudah atau sebelum berkebun. “Kalau pemilik warung biasa memanfaatkan Blandongan sebagai tempat pembeli duduk dan menikmati jajanan,” ungkapnya.
Menurut Ian Adrian, Anggrek dan Blandongan, dua dari sekian kekhasan Tangsel yang tak banyak diketahui orang. Untuk pengerjaan eksplorasi batik Tangsel kali ini juga menghadirkan motif yang sekarang dikembangkan yaitu Angrek Vanda Douglas, Tanah, Rumah Blandongan, Tandon Air, dan Golok.
“Tak hanya anggrek dan lainnya, kekayaan lain dari budaya kota Tangsel adalah suuk. Bila berkunjung ke pinggiran kota Tangsel yang notabene masih perkampungan akan menemukan kebun suuk atau kacang,” katanya.
Secara keseluruhan Ian Adrian mengatakan, semua motif ini berdasarkan sejarah dan kearifan lokal Kotamadaya Tangsel. Berdasarkan sejarahnya, Tangsel tidak lepas dari pengaruh budaya Tiong Hoa yang tercermin melalui motif Naga, Banyi, Kipas, dan Klenteng, juga kolonial Belanda. (*/sasha)