JAKARTA, ITN– Sejak pukul 12.00 WIB Jalan Suryakencana yang dihiasi pernak pernik imlek atau cap go meh dan didominasi warna merah.dipadati ribuan pengunjung yang ingin melihat acara Bogor Street Festival Cap Go Meh 2020, Sabtu (8/2/2020).
Enam pemuka agama di Indonesia membuka acara Bogor Street Festival Cap Go Meh 2020 dengan pembacaan doa. Mereka mendoakan acara berjalan dengan lancar dan bermanfaat bagi masyarakat. Pembacaan doa dimulai pukul 16.10 WIB.
Bogor Street Festival Cap Go Meh 2020 yang telah berlangsung selama 19 tahun ini setiap tahunnya mengusung persatuan dan kesatuan dalam budaya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio yang didampingi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil beserta Walikota Bogor Bima Arya dalam sambutannya mengatakan, “Acara ini sangat luar biasa, dan untuk pertama kalinya saya melihat acara ini. Saya mengapresiasi acara ini karena menjadi sebuah perayaan yang menghargai perbedaan”.
Lebih lanjut Whisnutama mengatakan, “Semua pemuka agama hadir, ini membuktikan kalau Bogor adalah kota yang kondusif, yang bisa melihat perbedaan sebagai contoh yang baik”.
Menurutnya Kota Bogor betul-betul menunjukkan dan sangat terlihat menghargai perbedaan. Hal ini terbukti dari rangkaian acara yang sudah berjalan 19 tahun. “Siapapun pengunjung yang melihat acara ini agar lebih bisa belajar menghargai perbedaan,” ungkapnya.
Whisnutama berharap acara ini dapat terus berlanjut dan kedepannya bisa mendatangkan wisatawan nusantara dan juga wisatawan mancanegara.
Pukul 15.30 WIB, dari pantauan Indonesiatripnews.com rangkaian acara mulai berjalan yaitu dengan ditandai iring-iringan ondel-ondel, pawai pakaian adat 34 provinsi, marching band, PPI Kota Bogor, Barongsai, dan lain sebagainya. Acara berlangsung hingga pukul 23.00 WIB.
Antrean peserta karnaval pun cukup panjang, sehingga memacetkan arus lalulintas di jantung Kota Bogor. Walaupun dilanda kemacetan, warga Kota Bogor tetap bergembira dengan karnaval lintas budaya ini.
Terlihat sekitar 40an sanggar terlibat dalam rangkaian acara dari seluruh nusantara, di antaranya selain Jawa Barat adalah Jawa Timur, Makassar, Aceh, NTT, hingga Papua.
Purwakarta menampilkan Nyi Pohaci. Nyi Pohaci menjadi representasi dari Dewi Sri (Dewi Padi). Untuk Purwakarta menampilkan permainan tradisional Egrang. Memakai properti bambu dan gerak silat, tari kontemporer tersebut selalu memberi pesan menarik.
Selain Bandung Barat, nuansa bambu juga disajikan Ciamis dalam bentuk Mabokuy. Mobokuy sejatinya karya seni berbentuk manusia bambu. Unsur pembuatnya garabahan atau beragam peralatan rumah tangga yang terbuat dari bambu. Semuanya disusun jadi bentuk manusia dalam ukuran raksasa. Seni ini kali pertama ditampilkan dalam HUT Ciamis ke-373 pada Juni 2015.
Bogor Street Festival CGM 2020 semakin kaya dengan seni dan budaya Tandok asal Sumatera Utara. Tandok merupakan rajutan bambu sebagai wadah beras. Dikembangkan sebagai tarian, Tandok menjadi representasi masyarakat Batak yang agraris.
Selain Sumatera Utara, Jawa Timur juga menampilkan Reog Ponorogo. Tarian tradisional ini identik dengan kepala singa berhiaskan bulu merak. Reog Ponorogo semakin menarik dengan kehadiran penari bertopeng dan berkuda lumping. Ada juga warok dan gemblak.
Parade budaya nusantara di Bogor Street Festival CGM 2020 semakin lengkap oleh Ogoh-Ogoh Bali yang dibawakan Brimob Resimen II Pelopor (Pure Natashakti). Ogoh-Ogoh merupakan seni patung dalam rupa Bhuta Kala. Representasi kekuatan alam semesta (Bhu) dan waktu (Kala).
Menjelang malam, puluhan barongsai dan liong ikut meramaikan CGM. Mereka berasal dari komunitas barongsai dan liong yang ada di Kota Bogor dan sekitarnya. Bahkan ada pula dari luar kota, seperti Tangerang dan Bekasi maupun Jakarta. (evi)