JAKARTA, ITN- FESTIVAL Cap Go Meh di Singkawang, Kalimantan Barat, saat ini menjadi agenda wajib bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara. Berbeda dengan perayaan Cap Go Meh pada umumnya, even yang masuk dalam Top 100 Calender of Event (CoE) Kementerian Pariwisata itu punya berbagai atraksi.
Menjadi satu paket dengan Perayaan Tahun Baru Imlek 2570, Festival Cap Go Meh 2019 akan dibuka 3 Februari 2019 mendatang. Deretan atraksi terbaiknya juga siap digelar mulai dari pentas seni dan budaya, live musik dari artis nasional, atraksi tatung, expo Cap Go Meh, hingga atraksi 12 naga. Lokasinya terdapat di beberapa titik Kota Singkawang. Mulai Lapangan Kridasana hingga Pusat Kota Singkawang. mulai tanggal 5 hingga 19 Februari 2019.
Yang paling ditunggu adalah parade para tatung Dayak-Tionghoa. Setiap tahun ada lebih dari 500 tatung berparade sambil memamerkan kesaktiannya. Tatung merupakan sosok manusia yang menurut beberapa kepercayaan sedang dirasuki roh dewa. Kata ‘tatung’ sendiri berasal dari bahasa Hakka, yang berarti roh.
Yang lebih menarik di perayaan Festival Cap Go Meh 2019, akan ada pemecahan rekor MURI replika Singa Raksasa berukuran 8,8 meter. Pemecahan rekor MURI juga sudah berlangsung setiap tahunnya. Tahun lalu festival menyertakan sembilan Replika Naga. Sepasang singa ini sudah dipersiapkan sejak empat bulan lalu menggunakan bahan styrofoam oleh putra daerah Kota Singkawang. Sedangkan angka 8 dari ukuran singa tersebut lantaran angka delapan merupakan angka sempurna.
“Lalu yang bagusnya lagi, replika tersebut yang buat orang-orang disabilitas di sana. Ini perlu diapresiasi sehingga menjadi tontonan yang menarik,” kata
Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuti di Jakarta belum lama ini.
Kemeriahan dilanjutkan dengan Festival Pawai Lampion. Lazim digelar malam hari, Festival Pawai Lampion ini menjadi fenomena dengan keindahan warnanya. Usai menikmati warna warni lampion, wisatawan diajak menikmati nuansa religi di Kota Singkawang. Prosesi Tolak Bala oleh para Rohaniawan atau Tatung diberikan pada 18 Februari 2019. Berikutnya, ada prosesi Sembahyang Dewa Langit (Ket Sam Thoi). Kedua sub event ini digelar di Kota Singkawang. Nuansa religi ini juga ikut menegaskan status Singkawang sebagai Kota Seribu Kelenteng.
Perayaan puncak festival akan digelar 19 Februari 2019. Festival Cap Go Meh menyajikan aksi-aksi unik dari para Tatung. Aksi ini bisa dinikmati di sepanjang jalan utama Kota Singkawang. Ada juga Altan & Lelang, lalu prosesi ditutup dengan pembakaran Replika 12 Naga di Vihara Buddhayana Roban (Chai Thong).
“Festival Cap Go Meh ini venue terbaik untuk berlibur. Daya tarik yang ditawarkan sungguh luar biasa. Selain atraksinya, wisatawan juga bisa menikmati beragam kuliner khas Singkawang. Sebab, festival ini juga memiliki stand kuliner Singkawang. Untuk aksesibilitas, jalan menuju Singkawang ini sangat bagus. Jalannya lebar dan mulus. Ini memang sudah menjadi komitmen Presiden Joko Widodo,” kata Esthy Reko Astuti yang juga Ketua Tim Pelaksana CoE Nasional Kemenpar.
Aksesibilitas dan amenitas juga sudah dipersiapkan oleh pemerintah daerah Singkawang. Aksesibilitas menuju ke Kota Singkawang juga sangat mudah. Bila melalui jalur darat, wisatawan pun bisa menggunakan bus Damri dari Bandara Supadio, Pontianak. Tarif yang ditawarkan sekitar Rp100 Ribu sekali jalan. Total ada 5 armada yang disiapkan dengan interval keberangkatan pukul 09.00, 11.00, 12.00, 13.00, dan 14.00 WIB.
Bagi para wisatawan asal Malaysia maka aksesibilitasnya jauh lebih sederhana. Mereka bisa menempuh jalur darat langsung dari Kuching menuju Singkawang melalui pintu PLBN Aruk di Sambas, Kalbar. Lalu, bagaimana dengan amenitas? Ada beragam hotel yang ditawarkan Kota Singkawang. Sebut saja Hotel Swiss-Belinn Singkawang dengan rate Rp800 Ribu semalam. Begitu juga dengan Hotel Airy Singkawang Tengah Salam Diman 129 dengan banderol Rp261 Ribu per malam. Untuk hotel dengan harga di bawah Rp200 Ribu diantaranya, Wahana Inn, Astina Graha, juga Airy Graha Wahana.
Menteri Pariwisata Arief Yahya, juga mengatakan, Cap Go Meh ini festival luar biasa. Dengan eksotisme yang ditawarkan, event ini selalu sukses menarik kunjungan wisatawan dalam jumlah besar. Sehingga dapat menarik wisatawan dari wilayah perbatasan seperti Taiwan, Tiongkok ataupun Malaysia.
“Pariwisata perbatasan dilakukan dengan menggarap pasar di wilayah perbatasan NKRI berpotensi lebih banyak dikunjungi wisman dari negara tetangga karena memiliki kedekatan (proximity) secara geografis. Mereka juga memiliki kedekatan kultural/emosional yang membuat pariwisata perbatasan lebih mudah dikunjungi,” kata Arief Yahya. (*/evi)