KUANSING, ITN- PEMBUKAAN Festival Pacu Jalur 2018 berlangsung dengan meriah di Lapangan Limuno, Kuantan Singingi (Kuansing), Riau (29/8/18).
Acara yang dibuka dengan petata petitih (sambutan adat), marching band, dan tarian pembuka”Sombah Carano” (tarian untuk menyambut tamu) ini ditandai dengan pemukulan gong, pembacaan ikrar atlit, penyerahan dayung, dan penekanan tombol sirine.
Pacu Jalur (olahraga dayung) yang tahun ini diikuti 182 jalur merupakan aset budaya yang sudah turun temurun pada masyarakat Kuantan Singingi semenjak ratusan tahun lalu.
Pacu Jalur yang ada pada saat ini tidak saja mengandung unsur olahraga semata, tetapi juga merupakan produk budaya dan karya seni masyarakat yang memiliki dan mengandung makna tersendiri, yang meliputi; aspek seni ukir, seni tari, dan artistik lainnya
“Ada tiga point terkait dengan acara ini, yakni pertama Festival Pacu Jalur (FPJ). Festival Pacu Jalur salah satu dari tiga event di Riau yang masuk 100 Calendar of Event (CoE) Wonderful 2018 dengan kontraprestasi fasilitas promosi di media dan di event,” ujar Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuti yang mewakili Menteri Pariwisata RI Arief Yahya dalam sambutannya pada acara Festival Pacu Jalur 2018.
Ia mengatakan, “FPJ meraih Anugerah Pesona Indonesia 2017 sebagai event terpopuler. Festival ini merupakan event yang berbasis kearifan lokal”.
“Masuk dalam Calendar of Events Kementerian Pariwisata tidak mudah, sebab harus melewati kurasi terlebih dahulu. Tahun depan, kurasi akan lebih diperketat. Karena melibatkan kurator-kurator handal. Tapi dengan pelaksanaan yang baik, apalagi FJP sudah berusia ratusan tahun, saya yakin event ini akan masuk Calendar of Event 2019,” ungkapnya.
Kedua, Riau. Commitment CoE menentukan keberhasilan pembangunan daerah khususnya sektor pariwisata sekitar 50%. Keseriusan commitment CoE dilihat dari memprioritaskan Sumber Daya dan Anggaran. Juga dukungan stakeholder terkait; penthaelix, yakni Academics, Bussines, Government, Community, dan Media (ABGCM) sebagai Indonesia incorporated.
“Kabupaten Kuantan Singingi Riau sudah memasukkan sektor pariwisata sebagai salah satu dasar dalam arah kebijakan,” ungkapnya.
Yang ketiga menurutnya, pariwisata. “Salah satu konsep pemasaran adalah kedekatan (proximity), antara lain kedekatan pasar dan produk yang berbasis budaya. Riau beruntung memiliki kedekatan jarak dari pasar Malaysia, dengan penerbangan hanya sekitar 30 menit. Juga kedekatan budaya yang sama, yakni Melayu,” ungkapnya.
Menurut Esthy, Kuantan Singingi dan Riiau sangat beruntung karena memiliki budaya Melayu. “Kebudayaan Melayu sangat dekat dan erat dengan negara-negara tetangga. Seperti Malaysia dan Singapura. Ini keuntungan. Sebab, dengan atraksi-atraksi terbaik wisatawan mancanegara bisa datang,” paparnya.
Kementerian Pariwisata menurutnya mengapresiasi pertumbuhan wisman di Riau sekitar 50% pada 2017, yang pasti sangat berkontirbusi pada pertumbuhan perolehan wisman nasional.
FPJ dalam kalender Kepariwisataan Nasional sejak tahun 1991. Pada tahun 2018 ini, FPJ menjadi salah satu dari 100 event Wonderful Indonesia 2018 dan diharapkan sebagai pemacu mendatangkan wisatawan mancanegara.
Pembukaan FPJ 2018 dilakukan langsung oleh Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman. Dalam sambutannya ia mengatakan, “Festival Pacu Jalur yang menjadi kebanggaan masyarakat Kuantan Singing sudah berumur 115 tahun, bisa dikatakan salah satu seni dan budaya asal Kuansing yang tertua di Indonesia. Untuk itu marilah sama-sama kita jaga, dan kita lestarikan bersama”.
Menurutnya selain FPJ ada wisata Bono dan Bakar Tongkang di Kabupaten Rokan Hilir, namun Pacu Jalur sudah sangat populer. “Prestasi semua pihak di Kuansing sangat diapresiasi tinggi,” ungkapnya.
Sementara pada kesempatan yang sama Bupati Kuansing Mursini mengatakan, “FPJ sudah meraih pengakuan prestasi nasional pada 2017 dan 2018, maka gubernur meminta semua pihak untuk terus membenahi dan meningkatkan sarana dan prasarananya sehingga mendapatkan pengakuan prestasi kembali pada tahun 2019”.
Puluhan seni budaya milik masyarakat Kuansing saat ini menurut Mursini sedang dikembangkan prestasi dan penghargaan nasional, dan berharap Kementerian Pariwisata dapat membantu memasukkan menjadi obyek kunjungan wisatawan dunia.
“Kuansing membutuhkan fasilitas pendukung obyek wisata, karena itu diharapkan tahun mendatang ada perhatian pihak provinsi dan pusat mengucurkan dana untuk daerah dalam meningkatkan obyek wisata lokal. Saya sangat bangga atas kehadiran SAM bidang Multikultural Kementerian Pariwisata RI, Gubernur Riau, dan semua undangan,” tutup Mursini dalam sambutannya.
Acara pembukaan juga dimeriahkan dengan tarian masal “Dek Basamo Mako Ka Jadi” yang mengajak seluruh tamu undangan ikut menari bersama di Lapangan Limuno. (evi)