JAKARTA, ITN- SEBAGIAN orang berfikir bila berwisata mengajak orangtua dengan usia diatas 65 tahun terlalu sulit dengan alasan takut mengganggu kesehatannya. Namun tidaklah demikian sebernarnya, para orangtua pun perlu berwisata.
“Wisata itu bukan hanya menjadi kebutuhan orang muda saja, orangtua di atas usia 50 tahun (lanjut usia/lansia) juga butuh berwisata,” ujar salah satu pemilik PT Elmwood, Biro Tour & Travel Lansia saat ditemui ITN. Com di Djampang Village, Parung, Bogor, Sabtu (25/9/16).
Menurutnya dunia sekarang sedang kampanye service untuk orangtua. Di Jepang, convenience store sudah ada khusus untuk orangtua. Pasar lansia selama ini tidak terpegang oleh bisnis. “Berawal dari rasa peduli terhadap orangtua, kami melirik dan menangkap pasar lansia yang ingin berwisata dan bisa menikmati keindahan Indonesia,” ungkapnya.
Sementara, Manager Operasional Elmwood, Lutfi Kurniawan, mengatakan, “Meski tergolong baru di Indonesia, tapi antusias para lansia dari internasional semakin meningkat. Apalagi kemudahan berwisata ke Indonesia sudah bukan hal yang sulit.
“Saat ini baru menyasar sebatas Malaysia, Australia, dan Singapura. Mereka punya uang, tetapi tidak tahu mau diapakan uang tersebut. Kami jemput mereka untuk menghabiskan uangnya dengan berwisata ke Indonesia,” ujarnya lebih lanjut.
Ia mengatakan, “Lansia bule seperti Australia umumnya berbadan sehat, sehingga mampu berwisata. Berbeda dengan lansia Indonesia yang umur 60-an sudah banyak yang sakit. Namun begitu untuk wisata lansia ini membutuhkan perhatian dan syarat yang khusus, yakni harus memiliki senior living”.
Tak hanya itu, membawa para lansia berwisata menurutnya juga harus memiliki tingkat kenyamanan yang tinggi dan memiliki take giver untuk menjaga keselamatan mereka.
“Mereka harus ada keamanan kesendirian, faktor kebersihan atau toilet menjadi hal utama untuk turis lansia, kenyamanan seperti dilayani. Take giver itu sangat penting. Dalam satu tour 15 orang maksimal harus didamping dua atau tiga orang. Seorang take giver juga harus memiliki sertifikat yang diakui dunia,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut dengan biaya 2.200 dollar Australia, para turis lansia dari Australia tersebut mendapatkan paket berwisata enam hari (21-26 September) dengan tujuan wisata Jabodetabek, seperti visit ke Pasar Tradisional Sentul- Babakan Madang dan Djampang Village dengan aktivitas lebih kepada edukasi serta mengenal budaya keaslian Indonesia.
Lutfi menambahkan, “Ke depannya kami akan adakan lagi dengan tujuan wisata lansia ke Bandung, yakni mengunjungi Saung Mang Udjo dan Yogyakarta (Gunung Kidul, dll)”.
“Saya sangat senang dengan kegiatan hari ini. Kami tadi mengunjungi pabrik pembuatan tahu dan pembuatan parang. Ini hasil tahu dan juga ada oncom,” ujar Jenny Templi salah satu peserta yang baru saja selesai mengunjungi tempat tersebut.
Saat berkenalan Jenny mengatakan, “Indonesia jauh berbeda saat terakhir ia datang ke Indonesia, yakni di tahun 1974. Saya tadi mendapatkan pengalaman baru membuat tahu, membatik hinggal melihat bagaimana membuat parang”.
Selain Jenny, ada Allison, Jhon yang berusia 80 tahun, dan tiga teman lainnya. Mereka melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi Sentra Ikan Hias Kelompok Maju Muda Bersama seluas 12 hektar milik Pak Kaman.
Kedatangan turis lansia ini di sambut dengan welcome drink kelapa muda serta singkong rebus. Mereka menghabiskan waktu dengan menebarkan pelet (makanan ikan), menangkap ikan nila, mengambil gambar, serta berinteraksi dengan warga yang umumnya berbahasa Inggris mengenai kegiatan pemancingan di area tersebut. (evi)