BANYUWANGI-ITN- SETELAH NAM Air, group Sriwijaya, Garuda Indonesia berkomitmen terbang langsung Jakarta ke Banyuwangi mulai 8 September 2017, setelah sebelumnya melayani dengan transit di bandara Juanda, Surabaya. Karena pariwisatalah yang membuat maskapai penerbangan nasional itu menetapkan perbangan ke Banyuwangi.
“Pasarnya ada, dari Banyuwangi, Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Jembrana. Total penduduknga lebih dari 2 juta dari 5 kabupaten terdekat itu,” ujar Menter Pariwisata, Arief Yahya.
Hingga akhir Juli 2017, seat load factornya NAM Air di atas 93% Jakarta Banyuwangi. Ekonomi Jember, Bondowoso, Situbondo, dan Bali Barat, jadi terkena berkahnya.
Rute langsung Jakarta-Banyuwangi menurut Senior Corporate Communications Manager NAM Air, Agus Soedjono juga menargetkan segmen wisatawan mancanegara (wisman). Utamanya dari Eropa. Selama ini, wisatawan Eropa mendominasi kunjungan ke Banyuwangi, terutama dari Perancis, Belanda, Spanyol, Rusia, dan Inggris. Sesi puncak kunjungan wisman Eropa ke Banyuwangi tercatat mulai Juli sampai Oktober tiap tahunnya.
“Rute ini tidak sekadar untuk memenuhi pasar Jakarta-Banyuwangi saja, tapi nantinya kami juga mengincar pasar wisman Eropa. Maka jadwalnya pun kami sesuaikan dengan jadwal keberangkatan pesawat dari dan ke Eropa,” papar Agus.
Sementara itu Senior Manager Public Relation Garuda Indonesia, Ikhsan Rosan mengungkapkan sejati nya penerbangan Jakarta Banyuwangi dimulai 21 Agustus. “Kami seharusnya sudah terbang ke Banyuwangi dari Jakarta 21 Agustus kemarin. Tapi terpaksa kami undur karena ada masalah teknis. Tapi tetap akan dilaksanakan pada September besok,” kata Ikhsan Rosan.
Ikhsan mengatakan, penundaan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan sisi teknis penerbangan antara Garuda Indonesia dengan Bandara Blimbingsari. Meski enggan menjelaskan secara rinci kendalanya, Ikhsan menegaskan Garuda Indonesia akan tetap menjalankan rencana penerbangan langsung Jakarta-Banyuwangi.
“Banyuwangi ini ramai penumpangnya. Jadi perlu ada tambahan penerbangannya. Kita sebagai maskapai BUMN akan tetap mendukung sektor pariwisata terkait kebutuhan penerbangan,” ujar Ikhsan.
Rencananya, penerbangan Jakarta–Banyuwangi akan dilayani setiap hari menggunakan pesawat jenis Bombardier CRJ 1000 NextGen yang berkapasitas 96 tempat duduk semua kelas ekonomi. Penerbangan Jakarta–Banyuwangi akan dilayani satu kali dalam sehari.
“Penerbangan dari Jakarta menuju Banyuwangi akan dilayani dengan pesawat bernomor GA 264 yang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 14.15 WIB, dan tiba di Bandara Blimbingsari pukul 15.55 WIB,” ungkapnya.
Kemudian, penerbangan dari Banyuwangi menuju Jakarta akan dilayani dengan pesawat GA 265 yang akan berangkat dari Banyuwangi pada pukul 17.00 WIB, dan akan tiba di Jakarta pada pukul 18.40 WIB.
Penataan destinasi juga digarap untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Untuk wisatawan domestik, dari tingkat kunjungan sekitar 500.000 wisatawan pada 2010 meningkat menjadi kisaran 4 juta orang pada 2016.
Adapun wisatawan mancanegara naik dari kisaran 7.000 menjadi 75.000 wisman. Jumlah penumpang di Bandara Banyuwangi pun melonjak 1.340 persen dari 7.826 orang pada 2010 menjadi lebih dari 112.000 pada 2016.
Disamping itu peningkatan kunjungan wisatawan juga telah diiringi dengan peningkatan akomodasi penginapan baik secara kuantitas maupun kualitas, agar turut serta dalam program peningkatan kunjungan wisatawan. Salah satunya Hotel Santika Banyuwangi yang telah berpartisipasi dalam memperkenalkan destinasi wisata dan Batik khas Banyuwangi, dimana telah menggandeng pengusaha lokal untuk paket kunjungan wisata, seperti kunjungan ke Kawah Ijen, Pantai Pulau Merah hingga Teluk Hijau, dan membuka stand Batik Banyuwangi di hotel tersebut.
Menyinggung penerbangan yang langsung membawa wisman, Arief Yahya berharap, Kabupaten Banyuwangi memiliki bandara internasional untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisman ke kabupaten yang sudah mendapat predikat Kota Festival tersebut.
Targetnya Bandara Banyuwangi akan punya international flight langsung pada 2019. Pararel dengan itu kini sedang dibangun marina terintegrasi oleh BUMN yang siap menampung yacht-yacht.
“Banyuwangi letaknya strategis karena dekat dengan Bali. Banyuwangi itu indah dan jika ingin menjadi destinsi wisata unggulan, Banyuwangi harus punya bandara internasional. Apalagi saat ini penumpang bandara di Banyuwangi mencapai 120.000 orang,” ujar Arief Yahya.
Arief Yahya menambahkan, jika bandara internasional dibangun di Banyuwangi, maka jumlah wisman yang datang ditargetkan bisa mencapai 100.000 orang di tahun 2019. (*/sasha)