JAKARTA, ITN- Gorontalo juga kaya akan seni diantaranya Longgo, yakni sebuah seni bela diri khas tradisional masyarakat Gorontalo yang konon mulai berkembang sejak abad XVI seiring dengan masuknya agama Islam di wilayah Gorontalo.
Seni bela diri ini menceritakan pada zaman tersebut hidup seorang raja yang diberi gelar Raja Ilato atau Ju Panggola namanya. Ia salah seorang tokoh pejuang yang tempo dulu mengusir penjajah Belanda, dan juga memiliki ilmu kesaktian yang tinggi.
Raja juga dapat menghilang dan muncul secara tiba-tiba dalam kerumunan orang karena kepiawaiannya tersebut, ia juga dikatakan sebagai penggagas atas berdirinya seni bela diri Longgo.
Atraksi yang dilakukan oleh sekelompok pemuda dengan menggunakan kostum hitam-hitam dipadu dengan kain destar yang melilit di atas kepala dan disertai dengan hiasan sebilah pedang yang diselipkan di pinggang ini meramaikan ruang Balairung, Gedung Sapta Pesona, Kemenpar, Jakarta, Kamis malam (17/3/16).
Atraksi seni bela diri pada malam tersebut dilakukan untuk menyambut tamu kehormatan, yakni Menteri Pariwisata Arief Yahya pada acara Launching Calender of Event Gorontalo 2016.
Dilanjutkan dengan tarian Tidi Loayabu dari Sanggar Otanaha, yang merupakan tarian klasik penyambutan untuk tamu-tamu terhormat. Tari Tidi Loayabu dibawakan oleh lima penari dengan mengenakan selendang yang diikatkan di pinggang dan kipas. Diteruskan dengan Tari Linde, yakni tarian kreasi Gorontalo. Linde diangkat dari aktivitas keseharian.
Tarian yang melambangkan burung Maleo, yakni burung khas dari Kabupaten Boalemo pun turut meramaikan acara peluncuran tersebut. Tak hanya itu tarian muda-mudi yang menggambarkan keceriaan anak muda ketika masuk ke usia remaja juga ditampilkan untuk menyemarakan Launching Calender of Event Gorontalo 2016.
Akhir dari acara tersebut ditutup dengan Tari Saronde yang menceritakan tarian pergaulan keakraban dalam acara resmi yang diangkat dari malam perkawinan daerah Gorontalo. (evi)