JAKARTA, ITN- Trend Modest Fashion atau pakaian ‘sopan’ dan tertutup memperlihatkan kenaikan minat yang sangat pesat dalam beberapa tahun belakangan. Istilah modest fashion sendiri tidak hanya digunakan untuk muslimah, namun juga digunakan untuk fashion yang menutupi lekuk tubuh atau tidak menonjolkan bentuk tubuh. Peminatnya pun tidak terbatas hanya untuk penganut agama tertentu tetapi lebih luas lagi.
Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia, memiliki kebutuhan terhadap pakaian modest yang sangat tinggi. Akan tetapi hal tersebut tidak diimbangi dengan kesadaran dan edukasi mengenai pakaian yang berkelanjutan. Di balik geliat industri fashion tersebut, terdapat masalah besar di belakangnya yaitu limbah fashion yang perlu mendapatkan perhatian lebih.
“Di tengah pandemi, dunia fashion diharapkan mengambil perubahan kearah yang lebih sustainable dan durable. Fashion designer sebagai satu bagian yang penting dalam dunia mode memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mengubah pola pikir masyarakat,” ujar Rosie Rahmadi, salah satu desainer modest fashion Indonesia.
Mengacu kepada penelitian terbaru, industri fashion merupakan industri yang menghasilkan limbah yang terbesar di bandingkan lainnya. Lebih khusus lagi di modest fashion, yang membutuhkan kain yang lebih banyak dalam produksinya karena terkait dengan konsep modest fashion itu sendiri, yakni loose, comfortable, dan covering.
Terinspirasi dari konsep Rahmatan Lil Alamin, Rosie Rahmadi mengusung koleksi “Kalopsia” pada Global Talent Digital 2020 yang diadakan ole Russia Fashion Council. Ia merupakan satu dari lima desainer Indonesia yang berhasil lolos kurasi dan ikut serta dalam virtual fashion show acara tersebut.
Pada acara tersebut, Kalopsia diambil dari istilah Yunani yang berarti khayalan di mana segala sesuatu tampak lebih indah dari yang sebenarnya.
“Dan itulah yang saya rasakan tentang fashion. Seperti sebuah delusi yang Indah di depan, tetapi dibalik itu semua ada sesuatu yang sangat mendesak untuk mengurangi konsumerisme berlebihan dan impact limbah fashion yang begitu banyak,” ungkap desainer yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai Desainer of The Year di Bali Fashion Week 2019 ini.
Kalopsia terilhami dari konsep boneka kertas yang seringkali ia mainkan di masa kecilnya. “Dulu, aku suka main mix and match boneka kertas. Kita jadi lebih kreatif menciptakan berbagai gaya baru dengan satu atau beberapa item” tambahnya.
Menurut penelitian, kebanyakan orang hanya menggunakan 6-38% dari wadrobe yang mereka miliki. Penelitian lain juga menyebutkan maksimal seseorang menggunakan hanya 50% dari wadrobe yang dimiliki.
Kebanyakan orang merasa pakaian yang dimilikinya tidak lagi up to date dengan trend yang ada, bahan yang kurang nyaman digunakan karena kulitas bahan yang kurang baik, atau karena perubahan bentuk badan karena naiknya berat badan, menurunnya berat badan, hamil, dan lain-lain.
“Multifungsional wardrobe menjawab problem itu. Kenapa? Karena dalam multi fungsional desain pakaian dibuat timeless sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama tanpa terikat dengan trend dalam waktu tertentu,” tambahnya
Multifungsi merupakah salah satu strategi konsep sustainable yang mampu membuat sebuah pakaian dapat memiliki fungsi dan style yang berbeda beda sehingga memberikan daur hidup pakaian yang lebih panjang. Dengan demikian, pengguna diharapkan tidak cepat jenuh dengan produk dan otomatis menunda pembuangannya.
“Jadi sama halnya dengan konsep boneka kertas saat kecil dulu, satu item yang kita gunakan bisa di styling sedemikian rupa dan dapat digunakan untuk berbagai gaya dan suasana” ujar desainer yang dikenal dengan sentuhan hand touch dalam koleksinya seperti makrame, sulam, atau aksen kepang ini.
Kalopsia menggunakan warna warna dengan tone natural dengan bahan utama linen, katun dan viscose, serta tetap konsisten dengan kenyamanan siluet A line & H line sebagai ciri khasnya. Beberapa item makrame sengaja di desain bisa dilepas pasang dengan pakaian lain untuk memberikan kesan yang unik. Koleksi ini terdiri dari beberapa item seperti atasan, tunik, palazzo, outer dan dress yang masing-masing bisa berganti fungsi.
“Diharapkan dari Kalopsia ini dapat memberikan inspirasi dan manfaat, bagaimana ketika kita kreatif tidak perlu memiliki banyak pakaian, cukup beberapa helai saja tetapi sangat fungsional untuk berbagai kesempatan sehingga konsumsi atas fashion bisa lebih bertanggung jawab,” tutupnya. (evi)