- iklan -

JAKARTA, ITN- JAMBI tampaknya terus berupaya mencari sesuatu yang bisa menjadi ikon daerah setelah sebelumnya mempopulerkan batik, songket, dan tenunan khas Jambi.  Saat berkunjung ke rumah dinas Gubernur Jambi, seluruh staf memakai ikat kepala, bahkan tamu undangan khususnya laki-laki diberikan ikat kepala atau ‘Lacak’.

Ikat kepala bagi laki-laki Melayu Jambi dengan nama Lacak ini semakin populer. Tak hanya dapat dipakai sehari-hari saja, dalam berbagai kesempatan lacak juga telah dipakai dalam acara-acara pemerintahan, organisasi kemasyarakatan hingga karyawan hotel.

Lacak dan Tekuluk, Ikat Kepala Khas Masyarakat Jambi
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuti bersama Gubernur Jambi, Zumi Zola (kanan) yang mengenakan lacak pada pembukaan Festival Candi Muarajambi 2017.

Lacak bermakna bekacak atau gagah, ikat kepala ini dahulunya dipakai oleh para raja, laskar, dan para Panglima Jambi.

Lacak merupakan salah satu kekayaan budaya Negeri Jambi. Yang merupakan simbol kewibawaan, kebijaksanaan, dan status sosial pemakainya. Awalnya lacak dikenal sebagai salah satu perlengkapan dalam pakaian adat pria Jambi. Untuk kaum Laki- laki yang berada di suku Melayu Jambi, dalam berpakaian adatnya kaum pria Jambi mengenakan lacak pada kepalanya.

Lacak bagi pria suku Melayu Jambi melambangkan sistem kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang suami dalam kehidupan berumah tangga, guna melindungi dan memelihara serta meyakinkan masyarakat menuju kesempurnaan serta ketenangan hidup bersama.

Terkenalnya lacak Jambi juga berdampak positif bagi perekonomian. Usaha pembuatan lacak mulai menggeliat, salah satunya di Desa Wisata Muarajambi, usaha pembuatan lacak panen pesanan, hal itu terlihat banyaknya stand dari pelaku usaha kecil menengah (UKM) yang menjual dan menawarkan lacak saat Festival Candi Muarajambi 2017 berlangsung pada 11-14 Mei 2017 lalu.

Lacak dan Tekuluk, Ikat Kepala Khas Masyarakat Jambi
Lacak

“Lacak di buat dari bahan kain batik pada bagian dalamnya diberi kertas tebal yang
di maksudkan agar menjadikannya keras,” ujar Dewi salah satu pengisi stand di acara Festival Candi Muarajambi 2017 kepada Indonesiatripnews.com.

Namun ada juga yang terbuat dari kain songket yang ditenun dengan benang katun bentuk empat persegi (destar), motif disungkit dengan benang emas, warna merah, dan cara pembuatannya dikeraskan dengan kertas tebal bentuk “kepak ayam patah”, mencerminkan kepak ayam tersebut tidak dapat terbang lagi, karena telah diikat dengan suatu tali perkawinan sebagai seorang suami.

Harga satu buah lacak dibandrol mulai dari Rp50.000 hingga ratusan ribu rupiah, bahkan ada yang sampai jutaan rupiah tergantung dari kualitas bahan yang dipakai. Indonesiatripnews.com mencoba untuk membeli dua lacak dengan motif yang berbeda, yakni motif durian pecah dan duo angso dengan harga @Rp75.000.

Lacak dan Tekuluk, Ikat Kepala Khas Masyarakat Jambi
Koleksi tekuluk di Museum Siginjei, Jambi.

Lebih lanjut ia mengatakan, “Kalau lacak untuk laki-laki, dan tekuluk untuk perempuan. Baik lacak dan tekuluk saat ini dapat digunakan dalam kegiatan sehari-hari dan tidak mempunyai ciri-ciri khusus atau menjadi tanda akan keberadan seseorang”.

Tekuluk (Kualuk/Kuluk)

Tekuluk atau kuluk merupakan tutup kepala wanita masyarakat Melayu Kerinci. “Orang Kerinci sebelum agama Islam masuk, sudah mengenakan tradisi penutup kepala. Tutup kepala  ini berfungsi sebagai pelindung kepala dari kondisi, juga mencerminkan status sosial budaya yang mengindentifikasikan martabat si pemakainya,” ujar Kepala Seksi Bimbingan dan Publikasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, Masgia SH.

Dari sekian jenis kuluk yang ada, menurutnya yang sering dipakai dalam upacara adat, seperti adat perkawinan, pemberian gelar, turun sko, antara lain, yakni Kuluk Mahkota, Kuluk Kerinci Mudik, Kuluk Sapik Udang, Kuluk Kuncup Melati, Kuluk Kipas Terlilit, Kuluk Kenduri Sko Lempur, Kuluk Pengajian, Kuluk Harian, Kuluk Berumbai Jatuh, dan Kuluk Ketelng Petang.

Kuluk Pengajian, kuluk ini dipakai kaum wanita yang sudah berumur untuk pergi ke masjid atau ke pasar, mencerminkan ketaatan wanita pada ajaran agama Islam yang sesuai Al Qur’an dan hadits.

Lacak dan Tekuluk, Ikat Kepala Khas Masyarakat Jambi
Tekuluk

Sedangkan Kuluk Kuncup Melati, menurutnya tutup kepala ini dipakai oleh anak gadis untuk menari dan menanti tamu pada upacara adat, mencerminkan keramahan seorang wanita.

“Kuluk Ketelang Petang atau Kuluk Ke Umo ini biasa dikenakan oleh kaum wanita di daerah pegunungan maupun yang tinggal di daerah pantai. Biasanya mereka menyangkutkan keranjang rotan atau bambu di kepalanya untuk membawa makanan pergi ke umo dan sekembalinya mereka membawa kayu dan hasil kebun,” jelas Masgia.

Masgia menambahkan, fungsi kuluk ini untuk melindungi kepala dari sengatan matahari, dan umumnya mereka menggunakan kuluk ini dilengkapi dengan baju kurung pendek yang bersiba, dibelah di depan dengan kain sarung dipasangkan tergantung. (evi)

- iklan -