- iklan -

JAKARTA, ITN- Dalam rangka penerapaan kebijakan tatanan kenormalan baru (the new normal) pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf), Kemenko Marves bersama dengan pemangku lain dari unsur K/L, Pemda, Perguruan Tinggi dan Komunitas serta Sosial Media,  melaksanakan sharing session mengenai persiapan strategi pengelolaan Geopark, khususnya Geopark Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat. Acara ini dikoordinasikan oleh Staf Ahli Menteri (SAM) Bidang Sosio-Antropologi Kemenko Marves Tukul Rameyo Adi.

“Jadi dalam pertemuan ini adalah gagasan bagaimana model/ strategi pengelolaan geopark di new normal. Kita mengambil area of interest Geopark Ciletuh, karena selain Ciletuh ini masuk ke dalam UNESCO Global Geopark, juga menjadi salah satu rujukan pengelolaan geopark nasional,” ujar SAM Tukul dalam pertemuan yang dilaksanakan secara virtual, Senin (15/6/20).

Adapun tiga langkah penting yang diajukan SAM Tukul untuk menuju model pengelolaan geopark dalam era adaptasi kebiasaan baru (AKB) dan era new normal adalah melakukan pemetaan hubungan sosial dan ekologi pada kawasan Geopark, identifikasi dampak Covid-19 atau Virus Corona di masa pandemi dan prediksi dampak pasca pandemi, serta inventarisasi  pedoman dan kerangka tata kelola sebagai tools untuk pengelolaan Geopark di era new normal.

Strategi Pengelolaan Geopark Ciletuh di Era New Normal“Tiga langkah tersebut perlu dilakukan agar model pengelolaan Geopark nantinya dapat diterapkan optimal, memperkuat produktivitas tetapi tetap aman dan yang terpenting, tidak malahan menjadikan kondisi  yang telah resilien menjadi Rentan. Pendekatan Sistem Sosial-Ekologi (SSE) sangat cocok untuk pengelolaan Geopark karena memiliki interaksi dengan resiliensi yang berjenjang, dari level individu kelompok hingga sistem geopark secara keseluruhan,” jelasnya.

“Untuk pemetaan dampak Covid-19 seperti peningkatan nilai tambah, bagaimana menjadi strategi peningkatan nilai tambah wisata, nah di sini Ciletuh masuk. Caranya kita perlu membuat strategi pengelolaan, dengan menghasilkan benefit ekonomi, budaya, dan lingkungan. Sedangkan untuk pedoman kerangka tata kelola sebagai tools, kita butuh instrument, perlu masukkan apa saja yang diperlukan pemerintah mungkin terkait kebijakan, bantuan, kerjasama, fasilitas, untuk menemukan kemitraan dengan pihak-pihak yang bisa dijadikan sebagai tools tata kelola, pedoman dan pengelolaan. Semua dalam sharing, nanti akan dipastikan apa kebijakannya bagaimana dengan dilanjutkan pertemuan melalui webinar mungkin dua minggu ke depan,” tambahnya.

Lebih lanjut SAM Tukul menjelaskan bahwasannya strategi pengelolaan ini cukup penting, sebab Covid-19  ini sangat memberikan dampak bagi sektor Parekraf, tidak hanya pada masa pandemi tetapi juga pasca pandemi perlu diwaspadai, khususnya dampak sosial-budaya dan lingkungan apabila terjadi booming kunjungan wisata serta permintaan produk parekraf lainnya.

“Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menentukan berbagai kebijakan baik di tingkat nasional mau pun daerah. Pembahasan terus dilakukan dari tingkat paling atas Rapat Terbatas (Ratas) hingga para Rapat Koordinasi (Rakor) Menteri dan dilanjutkan berbagai Rakortek untuk mendapatkan kebijakan dan  strategi pasca/masa pandemi, terutama dikaitkan dengan adanya isu pedoman protokol dengan kenormalan baru (new normal). Sehingga, meski memasuki the new normal, Geopark tetap dapat menjadi wahana bagi sektor Parekraf sebagai sektor lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional” jelasnya.

Terlebih, mandat Geopark ini cukup penting di perencanaan pembangunan. Geopark oleh dunia sangat diharapkan menjadi instrument untuk mencapai tujuan pembangunan yang no one left behind, dalam artian jangan ada yang tertinggal, semua harus bersama-sama, dengan salah satu yang diharapkan dan menjadi tumpuan masyarakat global adalah Geopark, di mana Geopark ini mulai dari bisa membenahi kualitas pendidikan, mengenai pengetahuan, mewujudkan gender equality, dan masalah pertumbuhan ekonomi yang juga berkualitas dan adil (tidak hanya dinikmati oleh pemain ekonomi, tapi semua ikut terlibat termasuk lingkungan dan ekosistem bahagia).

“Harapannya kawasan Geopark khususnya Geopark Ciletuh menjadi area untuk menjadi cluster ekonomi kreatif. Memang saat ini Bandung yang tercatat sebagai sentra ekonomi kreatif, tapi tidak menutup kemungkinan untuk kerjasama. Ini yang diharapkan pemerintah menjadi penggerak sehingga menjadi lokomotif pembangunan, mendongkrak pertumbuhan bukan hanya besaran pertumbuhan ekonomi saja tetapi juga adil dan berkualitas, dinikmati semua pihak,” ungkapnya. (*/sasha)

- iklan -