MATARAM, ITN- GEMPA Lombok yang terjadi 5 Agustus 2018, tidak bisa dilupakan baik oleh masyarakat setempat maupun wisatawan yang sedang berada di Lombok.
Pemilik de la Sirra Cafe and Resto sekaligus Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Universitas Mataram (IKA Unram), Sirra Prayuna meminta pemerintah daerah dan pemerintah pusat mesti benar-benar serius melakukan percepatan menghidupkan kembali pariwisata Nusa Tenggara Barat.
Sirra Prayuna menceritakan, tepat terjadi gempa pada 5 Agustus 2018 dengan kekuatan 7 SR dirinya langsung menjadikan de la Sirra Cafe and Resto sebagai posko pembagian makanan secara gratis bagi warga sekitar yang menjadi korban. Sirra bahkan turun tangan sebagai relawan. Ia pun menjadikan lokasi de la Sirra Cafe and Resto sebagai penampungan para korban.
Menurutnya gempa Lombok dan sekitarnya yang dimulai Juli, Agustus hingga beberapa bulan pada 2018 sangat berdampak bagi seluruh masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) di semua aspek termasuk di sektor perekonomian dan pariwisata. “Infrastruktur pariwisata mencakup jalan, gedung perhotelan, gedung restoran dan cafe, transportasi, hingga gedung usaha banyak yang rusak. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat memang sedang berupaya melakukan rekonstruksi ulang dan rehabilitasi.
Tapi untuk membangun kembali infrastruktur dan fasilitas publik sebagai penunjang utama sektor perekonomian dan pariwisata tentu membutuhkan waktu lama dan perlu kerjasama semua pihak dan stakeholder. Percepatan pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik adalah hal yang harus menjadi salah satu fokus utama.
Sirra mengatakan, “Hingga Februari 2019 atau setelah lebih 6 bulan pasca gempa banyak pelaku usaha yang gulung tikar karena tidak mampu menutupi biaya operasional hingga menggaji para pegawai”.
Bila dilihat di berbagai wilayah di NTB maka sangat nyata terjadi penurunan jumlah kedatangan dan keberadaan wisatawan mancanegara maupun nasional. Akibatnya secara ekonomi sekarang tidak bergerak, stagnan, dan bahkan cenderung turun.
“Harapan kita bagaimana pemerintah daerah dan pemerintah pusat bisa mendorong percepatan giat pariwisata ini melalui promo-promo baik di mancanegara maupun tingkat nasional. Agar hidup lagi pariwisata di NTB ini. Karena saat ini kondisi Lombok dan seluruh NTB saat ini sudah aman, nyaman, dan siap menerima wisatawan. Karena kami sudah berusaha bangkit kembali,” ungkap Sirra di Mataram, NTB, Jumat (22/2/19).
Lebih lanjut Sirra mengatakan, “Hingga saat ini para pelaku usaha termasuk cafe dan resto yang dimiliki Sirra pemasukannya menurun secara drastis. Syukur-syukur, ujar Sirra, ada beberapa pelaku usaha yang masih terus coba bertahan dan tetap membuka lapak usahanya dengan menyasar wisatawan domestik NTB maupun dengan adanya acara pemerintah daerah”.
“Syukur-syukur kami bisa bayar listrik, bayar karyawan. Itu pun harus nombok. Kayak saya ini nombok. Tetapi mau dibilang apa ya, inilah realitas yang kami hadapi. Kita ini pasca bencana gempa yang beruntun dan bertubi-tubi, kita terpukul dan mati suri. Kalau bisa perpajakan juga dipikirkan ulang dengan kondisi pasca gempa,” ujarnya.
Sirra memaparkan, pariwisata NTB menarik dan unik dibandingkan dengan daerah lain, hal itu karena di NTB mempersatukan pariwisata agama, budaya, dan pariwisata umumnya. Karenanya sehubungan dengan promosi tadi maka untuk mancanegara bisa lebih dulu menyasar kawasan ASEAN terkhusus Singapura dan Malaysia, Australia dan Oseania, Jepang, China, hingga kawasan Timur Tengah, dan Eropa. Dari kawasan nasional, lebih digencarkan di wilayah Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. Wisatawan dari kawasan mancanegara tadi dan kota-kota besar di Indonesia sangat tinggi dan signifikan secara statistik.
“Pemerintah pusat lebih khusus Kementerian Pariwisata (Kemenpar) punya tugas harus membuat terobosan-terobosan promo, harga, penerbangan, dan transportasi publik lain. Harus ada kelonggaran dari sisi harga misalnya dalam paket-paket wisata. Kementerian Pariwisata juga mesti mendukung, mendorong, dan mempromosikan event-event besar yang ada di NTB ini. Agar pariwisata NTB bangkit kembali,” ungkapnya.
Kemenpar, menurut Sirra, perlu juga mengimbau kementerian/lembaga tingkat pusat untuk menjadi Lombok maupun NTB sebagai destinasi dan tempat pelaksanaan rapat-rapat tingkat nasional. Bahkan juga perlu menyelenggarakan rapat maupun agenda tingkat internasional serta mendorong negara-negara lain melaksanakan kegiatan di wilayah NTB. Kemenpar dan juga Pemprov NTB harus juga menggalakkan millenial tourism dengan promosi digital guna menggaet wisatawan millenial baik mancanegara maupun nasional.
“Pemerintah Provinsi NTB juga bisa berkerjasama dan menandatangi MoU dengan berbagai pemerintah daerah-pemerintah daerah khususnya Dinas Pariwisata untuk menjadikan NTB sebagai destinasi. Termasuk menggandeng Dinas Pendidikan daerah lain untuk misalnya liburan anak sekolah khususnya tingkat SMA nanti,” paparnya.
Selain itu pemerintah pusat termasuk Kemenpar dan Pemprov NTB perlu melakukan kerjasama intensif dengan negara-negara dan maskapai untuk penerbangan langsung (direct flight) dari negara asal ke Lombok. Musababnya saat ini mungkin belum ada penerbangan langsung tersebut. Ditambah lagi pasca gempa jumlah penerbangan beberapa maskapai juga menurun drastis.
“Jadi perlu didoronglah ke sini. Volumenya ditingkatkan. Tentu didukung oleh harga penerbangan yang relatif cukup terjangkau. Juga perlu penerbangan langsung ke Lombok,” tutup Sirra.(evi)