- iklan -

JAKARTA, ITN – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mendorong peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang keselamatan dan penanganan medis dalam kegiatan pendakian dan wisata petualangan melalui aktivasi gerakan “Indonesia Wilderness Medicine Society” sebagai hasil kolaborasi dan komitmen bersama pada kegiatan Indonesia Mountain Medicine Summit (IMMS) 2024.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events), Vinsensius Jemadu, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (29/11/2024), mengatakan seiring dengan semakin meningkatnya minat wisata pendakian gunung, kegiatan ini menjadi sangat penting sebagai upaya Kemenparekraf dalam mendorong keselamatan dan penanganan kecelakaan yang mungkin terjadi dalam kegiatan wisata pendakian.

Kemenparekraf Perkuat Komitmen Keselamatan Pendakian Gunung Lewat IMMS 2024
Kemenparekraf mendorong peningkatan kesadaran dan penanganan medis dalam kegiatan pendakian dan wisata petualangan melalui “Indonesia Wilderness Medicine Society” pada kegiatan Indonesia Mountain Medicine Summit (IMMS) 2024, Jakarta, Sabtu (23/11/2024).

“Acara ini menjadi jembatan antara dunia pendakian dengan ilmu kedokteran untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang keselamatan pendakian dan penanganan kecelakaan dalam aktivitas wisata berbasis risiko,” kata Vinsensius.

IMMS 2024 yang diselenggarakan di Jakarta pada 23-24 November 2024 merupakan seminar kedokteran dan keselamatan pendakian pertama di Indonesia. Acara ini menghadirkan para ahli di bidang kesehatan dan pendakian gunung untuk mengedukasi tentang keselamatan dalam aktivitas pendakian gunung.

Kemenparekraf mendukung pelaksanaan IMMS 2024 yang merupakan hasil kolaborasi komunitas Dokter Pendaki, Main Outdoor, Perhimpunan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran, serta Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) sebagai lanjutan dari kegiatan Indonesia Mountain Tourism Summit (IMTC 2024).

Direktur Wisata Minat Khusus, Itok Parikesit, mengatakan, kegiatan ini merupakan penyelenggaraan tahun kedua. Tercatat IMMS 2023 diwarnai antusiasme dari para dokter dan penggiat aktivitas alam bebas.

“Karena itu, kegiatan ini perlu dilakukan rutin bagi pengelola dan penggiat alam bebas, agar pengelola dan pegiat wisata minat khusus pendakian gunung memiliki keterampilan penanganan masalah medis yang baik,” kata Itok.

IMMS 2024 dibuka secara resmi oleh dr. Reyner selaku Founder Dokter Pendaki sekaligus penggagas acara IMMS. Dalam sambutannya, dr. Reyner mengatakan kegiatan ini penting sebagai wadah untuk mempertemukan, antara para profesional, praktisi petualangan/pendakian gunung dengan tenaga ahli kesehatan/kedokteran sehingga bisa saling berbagi ilmu, kompetensi dan pengalaman, untuk mewujudkan kegiatan pendakian gunung yang aman dan nyaman.

“Selanjutnya, gerakan positif ini tidak hanya berhenti dalam acara ini, tetapi para pihak atau peserta yang hadir dapat berbagi dan menyebarkan ilmu yang didapatkan di dalam komunitas atau organisasi masing-masing,” kata dr. Reyner.

Pelaksanaan IMMS 2024 terbagi dalam dua sesi, yaitu workshop dan simposium. Workshop yang bertemakan Wilderness Medicine in Practice yang diselenggarakan pada 23 November 2024 diikuti oleh 150 peserta secara luring. Sedangkan simposium bertema Safe Mountaineering for All dilaksanakan di hari berikutnya dan diikuti oleh 150 peserta luring dan lebih dari 100 peserta daring.

Peserta berasal dari latar belakang yang beragam antara lain, dokter, perawat, bidan, tenaga kesehatan, pelajar, mahasiswa, dosen, pendaki gunung, pemandu gunung, hingga anggota organisasi pecinta alam dengan rentang usia yang beragam mulai 15 hingga 72 tahun.

Kegiatan IMMS diakhiri dengan penguatan komitmen untuk bersama-sama berkolaborasi membangun kesadaran tentant pentingnya keselamatan, keamanan dan kenyamanan dalam beraktivitas wisata pendakian gunung yang akan disatukan dalam sebuah wadah/gerakan “Indonesia Wilderness Medicine Society”.

- iklan -