- iklan -

SINGAPORE, ITN- TAMAN Burung Jurong, Taman Safari Malam (Night Safari Singapore), Taman Safari Sungai (River Safari), dan Kebun Binatang Singapura melaporkan lebih dari 600 kelahiran satwa dan penetasan selama tahun 2016, di antaranya satwa Asia Tenggara yang sangat terancam punah. Ini meliputi trenggiling Sunda, kura-kura terrapin bergambar (painted terrapin), monyet proboscis, jalak Bali, dan jalak hitam (black-winged starling). Bayi-bayi ini berasal dari satwa yang dilindungi dan statusnya hampir punah.

Deputy CEO dan Chief Life Sciences Officer, Wildlife Reserves Singapore, Dr Cheng Wen-Haur, mengatakan, “Kami mempunyai misi untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati di Singapura dan kawasan ini, dan dengan gembira melaporkan bahwa tim penjaga satwa kami berhasil mengembang-biakkan beberapa satwa Asia Tenggara yang paling langka pada tahun 2016”.

“Ini hanya salah satu di antara cara kami bekerja untuk membantu melindungi hewan-hewan ini dari kepunahan. Kami juga secara aktif mendukung upaya konservasi dan penelitian di habitat asli hewan tersebut,” ujar Cheng dalam keterangan persnya kepada IndonesiaTripNews.com, di Jakarta, Kamis (2/3/17).

Sembilan kura-kura terrapin bergambar (painted terrapins), salah satu spesies kura-kura air tawar Asia Tenggara yang paling terancam, menetas pada bulan April di Kebun Binatang Singapura.

Lebih dari 600 Bayi Satwa Lahir di Taman Margasatwa Singapura
Bayi trenggiling Serai memeluk erat-erat lengan penjaganya di Night Safari. Lahir pada tanggal 7 Oktober 2016, Serai adalah kelahiran trenggiling Sunda ke lima di Taman Safari Malam. Foto. WRS

Taman ini juga menyambut seekor bayi bekantan pada bulan April, primata yang terancam punah di habitat aslinya di Kalimantan. Sejak tahun 1999 Kebun Binatang Singapura telah mengalami 30 kelahiran bekantan, dan Singapura menyatakan jumlah kelahiran bekantan yang paling tinggi di luar habitat aslinya, Indonesia.

Di Taman Safari Malam (Night Safari), kelahiran hewan Asia Tenggara termasuk Neha, bayi gajah Asia yang lahir pada tanggal 12 Mei, dan menjadi terkenal karena tingkahnya yang lucu. Pada tanggal 7 Oktober, taman ini juga menyambut kelahiran trenggiling Sunda yang ke lima sejak 2011; Trenggiling Sunda adalah hewan yang sangat terancam punah.

Hal itu menjadikan Taman Safari Malam salah satu taman margasatwa yang paling sukses di dunia dalam pemeliharaan dan pengembangbiakan hewan menyusui yang paling banyak diperdagangkan. Dua ekor tapir Malaysia yang lahir pada bulan Oktober dan Desember menggenapi rekam jejak taman ini menjadi 30 kelahiran hidup sampai saat ini.

Spesies satwa Asia Tenggara yang terancam punah, terus berkembang di Taman Burung Jurong, dengan penetasan tiga jalak hitam dan empat jalak Bali, dua spesies yang sangat terancam punah karena begitu dicari dalam perdagangan ilegal burung berkicau. Taman ini bekerjasama erat dengan organisasi seperti Begawan Foundation dan Pusat Penangkaran Cikananga di  Indonesia, yang berupaya menyelamatkan populasi burung langka ini, dan berharap dapat melepas-liarkan mereka di habitat aslinya.

Bayi-bayi duta

 Kehidupan Citah semakin terancam punah, dan hanya tinggal  7.100 ekor di alam liar, Kebun Binatang Singapura menyambut kelahiran bayi citah Deka. Dilahirkan pada tanggal 3 Oktober, Deka ditelantarkan oleh induknya, yang baru pertama kali menjadi ibu dan masih kurang pengalaman.

Para dokter hewan dan penjaga memutuskan untuk menyelamatkan bayi ini dan memeliharanya secara langsung. Karena masih lemah dan kurang gizi, selama empat hari pertama Deka dirawat di rumah sakit hewan. Selama dua bulan selanjutnya, para dokter tanpa mengenal lelah mengasuhnya selama 24 jam sehari, sampai dia cukup kuat dan mandiri. Sekarang, Deka adalah remaja yang aktif dan sehat yang suka berlari mengelilingi tempat bermainnya.

Pada bulan November, pasangan rubah fennec yang pertama di Taman Safari Malam melahirkan tiga bayi hidup di bulan November. Ketiga bayi rubah, Nia, Nailah, dan Zaire juga langsung diasuh karena menunjukkan cedera ringan akibat penganiayaan oleh induknya.

Orang tua mereka, Zuri dan Izem, yang merupakan rubah fennec pertama dalam koleksi keempat taman margasatwa ini, dibawa kesini setelah disita oleh the Agri-Food and Veterinary Authority of Singapore. Undang-undang Singapura melarang pemeliharaan satwa eksotis seperti rubah fennec.

Lebih dari 600 Bayi Satwa Lahir di Taman Margasatwa Singapura
lahir tanggal 3 Oktober 2016, bayi citah Deka merupakan kelahiran citah pertama di Kebun Binatang Singapura dalam kurun waktu 14 tahun. Jumlah citah di alam liar hanya tinggal 7.100 ekor, dan spesies ini terancam punah. Foto. WRS

Perdagangan hewan piaraan ilegal mengancam kehidupan spesies liar dan pemilik hewan peliharaan amatir sering kurang pengalaman untuk memelihara kesejahteraan hewan tersebut. Keluarga rubah ini akan memulai pertunjukan perdana “Creatures of the Night” di Taman Safari Malam sebagai duta satwa, untuk mendidik para tamu agar tidak memelihara hewan piaraan eksotis secara ilegal.

Lebih lanjut Dr Cheng mengatakan, “Setiap bayi hewan yang dilahirkan dan ditetaskan di taman kami adalah duta. Mereka masing-masing mewakili spesies yang hidup di alam liar, tapi secara bersama merupakan wujud perlunya konservasi lingkungan secara keseluruhan, bukan hanya setiap spesies individual”.

Di Taman Safari Sungai, kawanan manatee menyambut Joella, seekor bayi lembu laut (manatee) yang lahir pada bulan April. Keluarga berang-berang raksasa di taman ini juga terus tumbuh dengan penambahan empat ekor di bulan Maret, sehingga jumlah total menjadi delapan. Taman ini juga menyambut kelahiran monyet tamarin emperor, suatu spesies primata kecil, serta tiga ocellate river stingrays, yang keduanya memiliki habitat asli di Amazon Basin.

Tentang Wildlife Reserves Singapore

Wildlife Reserves Singapore (WRS) didedikasikan untuk mengelola institut zoologi kelas dunia; Jurong Bird Park, Night Safari, River Safari, dan Kebun Binatang Singapura yang bertujuan menginspirasi masyarakat untuk menghargai dan melestarikan keaneka-ragaman hayati dengan menghadirkan pengalaman margasatwa yang bermakna dan penuh kenangan.

WRS merupakan organisasi swadaya dan berfokus pada perlindungan keaneka-ragaman hayati di Singapura dan Asia Tenggara melalui kerjasama dengan mitra, organisasi dan lembaga yang berwawasan sama. Setiap tahun, keempat atraksi ini menyambut 4,6 juta pengunjung.

Mandai Park Holdings (MPH), adalah motor penggerak  peremajaan Mandai menjadi ruang margasatwa dan warisan alam terpadu adalah perusahaan induk WRS dan mengelola pengembangan bisnis dan strategi. Untuk informasi lebih lanjut dapat ditemukan di www.wrs.com.sg   wrs.sg    wrs.ig  @tweetWRS.  (*/sishi)

 

- iklan -