JAKARTA, ITN- BENCANA menjadi salah satu faktor masalah utama pariwisata Indonesia. Keberadaan Indonesia dalam garis cincin api bumi membuat Indonesia sangat rentan dengan bencana alam. Gunung Meletus, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor silih-berganti menghampiri bumi pertiwi. Di sisi lain, masalah keamanan, yakni terorisme.
Melihat kejadian dua faktor tersebut, pers tentunya memberitakan peristiwa tersebut. Dan tanpa unsur kesengajaan, pemberitaan itu berdampak negatif terhadap sektor pariwisata.
“Wartawan memiliki kebebasan untuk membuat berita terjadi bencana, akan tetapi wartawan juga harus memerhatikan dampak dari berita yang dibuatnya, sebab jika salah menyampaikan terutama terkait keakuratan data, bisa berakibat fatal,” ujar Direktur Indonesia New Media Watch, Agus Sudibyo pada seminar “Sosialisasi Jurnalisme Ramah Pariwisata dalam Rangka Gerakan Sadar Pariwisata” di Tanjung Lesung Beach Hotel, Pandeglang, Banten, Senin (1/4/19).
Selain Agus, seminar yang dibuka Kepala Biro Komunikasi Publik yang juga Ketua Tim Criris Center (TCC) Kementerian Pariwisata, Guntur Sakti ini menampilkan pembicara Wakil Sekjen PWI Pusat, Soeprapto.
“Wartawan tidak bisa dilarang untuk menurunkan tulisan apapun terkait fakta sebuah peristiwa, namun wartawan juga harus memerhatikan kepentingan yang lebih besar, yakni kesejahteraan masyarakat atau kepentinan nasional,” ungkap Agus Sudibyo lebih lanjut.
Keindahan alam dan bencana menurut Agus dua hal yang berdampingan di Indonesia, hamper semua tempat wisata di Indonesia rawan bencana. “Untuk itulah wartawan dituntut agar lebih arif dalam menurunkan tulisan tentang bencana,” ungkapnya.
Wartawan Indonesia menurutnya bisa belajar terhadap peristiwa yang terjadi di Thailand ketika 27 anak pesepak bola yunior dan pelatih yang terperangkap di dalam gua. “Kan tidak ada berita-berita yang mendramatisasi, tidak ada kesedihan, jika tidak ada naming, nama-nama dari orang-orang atau anak-anak tersebut tidak disebutkan secara detail. Baru setelah berhasil diselamatkan, media menulis. Tapi menulisnya bukan tentang kesedihan melainkan cara melakukan evakuasi yang luar biasa hebatnya.
Agus yang juga penulis buku “Jurnalisme Sadar Pariwisata” ini menyarankan kepada wartawan agar menuliskan berita atau tulisan alternatif lain, misalnya untuk memulihkan pariwisata di Banten pasca tsunami Selat Sunda bida memuat tulisan dengan angle selain alam, seperti menulis tentang wisata desa atau kuliner di Banten.
Selain itu wartawan harus pintar menciptakan angle berita yang ramah Search Engine Optimization (SEO), misalnya dengan menulis sesuatu yang dicari semua orang, contohnya “Hotel Murah di Bandung”, “Lima Rekomendari Resto di Bali, dan lain sebagainya.
“Dalam memberitakan status bencana alam harus hati-hati apakah status kebencanaan itu awas, waspada, atau siaga, karena ketika salah dampaknya akan sangat besar bagi dunia pariwisata,” ujar Menteri Pariwisata, Arief Yahya saat jumpa pers usai seminar.
Arief Yahya mengatakan, “Kalau saya ditanya, pengaruh apa yang paling besar terhadap kepariwisataan, itu adalah status kebencanaan. Ketika kita salah memberikan status, atau memberikan status dan kita salah menyosialisasikannya, maka impact-nya akan sangat parah”.
Untuk itu Menpar menginginkan agar status bencana itu disertai sosialisasi dan informasi yang jelas dan mendetail agar tidak menimbulkan kekhawatiran terhadap wisatawan dan masyarakat. Misalnya, ketika menyatakan status awas bencana Gunung Agung berlaku radius 12 Km, selebihnya aman.
Sementara pada kesempatan yang sama Bupati Pandeglang, Irna Narulita menyatakan Kabupaten Pandeglang memiliki potensi wisata yang luar biasa, salah satu potensi yang besar adalah Taman Nasional Ujung Kulon yang akan dikembangka menjadi Kawasan Geopark.
Menurutnya Kawasan Geopark Ujung Kulon akan dikembangkan meliputi delapan wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Sumur, Cimanggu, Panimbang, Cigeulis, Sukaresmi, Pagelaran, Labuan, Carita, dan termasuk di dalamnya Kawasan TN Ujung Kulon.
“Kami sedang membentuk tim percepatan untuk pengembangan Geopark Ujung Kulon. Dengan luas area yang mencapai 122.956 Hektar, Taman Nasional Ujung Kulion menjadi tempat wisata alam yang sangat menarik untuk dijelajahi karena ada kebudayaan, keanekaragaman hayati, dan juga warisan geologi di Taman Nasional Ujung Kulon ini,” ungkap Irna. (evi)