Dua atraksi wisata alam ekologi yakni Taman Nasional (TN) Tanjung Puting sebagai pusat konservasi orang utan yang sudah mendunia dan TN Sebangau kawasan pelestarian rawa gambut terbesar di Indonesia dapat dijadikan sebagai modal utama dalam mewujudkan hal tersebut.
“Untuk menjadikan Kalteng sebagai destinasi wisata kelas dunia harus didukung unsur 3A (Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas) kelas dunia. Kalau atraksinya TN Tanjung Puting sudah kelas dunia, sedangkan aksesibilitas tinggal bagaimana menjadikan terminal baru Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya segera menjadi bandara internasional. Ini yang harus diperjuangkan oleh seluruh stakeholder pariwisata di Provinsi Kalteng,” kata Menpar Arief Yahya ketika meresmikan M Bahalap Hotel Palangkaraya di Jalan RTA Milono Km 1.3, Palangkaraya, Kalteng, Selasa malam (1/10/2019).
Menpar Arief Yahya hadir bersama Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita, yang didampingi Sekda Kalteng Fahrizal Fitri, Dirut PT Harapan Agung Bersama (pengelola) Agus Ramli, GM Hotel M Bahalap Harry Saptadi, serta Ketua Dewan Adat Dayak Provinsi Kalteng H. Agustiar Sabran.
Pada kesempatan itu Menpar menjelaskan, secara fisik terminal baru Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya seluas 29.124 meter2 dengan panjang eksisting landasan pacu mencapai 2.600 m, rencananya akan diperpanjang menjadi 3.000 m oleh AP II dengan nilai investasi Rp480 miliar, sangat layak menjadi bandara berkelas internasional.
“Keberadaan bandara internasional menjadi syarat utama bagi Kalteng agar menjadi destinasi ekowisata kelas dunia karena akan berpengaruh langsung pada kunjungan wisatawan ke sana,” kata Menpar Arief Yahya.
Menpar memberi contoh destinasi wisata super prioritas Danau Toba setelah memiliki Bandara Internasional Silangit di Toba kunjungan wisman ke sana naik hingga 300 persen, begitu pula Banyuwangi setelah berhasil menjadikan bandaranya berkelas internasional maka kunjungan wisman ke wilayah tersebut melonjak pesat.
Jumlah wisman ke TN Tanjung Puting yang tahun lalu dikunjungi sekitar 40.000 wisman dan tahun ini diproyeksikan meningkat menjadi 100.000 wisman dapat dijadikan sebagai motivator agar segera terjadi lonjakan wisman khususnya ke TN Tanjung Puting maupun TN Sebangau yang masih kurang dipromosikan. “Setelah memiliki bandara internasional diharapkan akan terjadi lonjakan wisman ke Kalteng,” kata Arief Yahya.
Sementara itu untuk fasilitas amenitas, Menpar mengusulkan Kalteng mengembangkan fasilitas akomodasi seperti Perahu Klotok sebagai perahu tradisional Kalimantan yang terbuat dari kayu ramah lingkungan.
Menurutnya, pengembangan fasilitas amenitas live on board tersebut sejalan dengan program pengembangan atraksi wisata susur sungai Kahayan yang membelah Palangkaraya. Selain itu amenitas nomadik berupa glamp camping bisa dikembangkan di Kalteng. “Kalteng memiliki obyek wisata di lahan gambut, nomadik bisa jadi amenitas cocok dikembangkan karena mudah, murah, dan tidak mengganggu lingkungan,” ungkap Menpar.
Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran yang diwakili Sekda Fahrizal Fitri menyatakan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalteng Tahun 2016-2021 telah menempatkan pariwisata sebagai sektor prioritas dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kalteng.
“Meningkatnya sektor pariwisata telah mendorong pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi Kalteng tahun lalu mencapai 7,6 persen atau di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,6 persen,” kata Fahrizal Fitri.
Di sisi lain, Fahrizal berharap kehadiran M Bahalap Hotel Palangkaraya sebagai hotel terbesar di Kalimatan, memiliki 217 unit kamar (deluxe dan suit room) dan fasilitas grand ballroom dengan kapasitas hingga 3.500 orang, menjadikan Kota Palangkaraya sebagai kota bisnis dan MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition/Event). “Banyak event tingkat nasional bisa diselenggarakan di Palangka Raya,” jelasnya.
Tercatat bisnis akomodasi hotel di Palangkaraya juga terus menggeliat. Secara kumulatif terjadi peningkatan hingga 20,07 persen. Jumlah tamu yang menginap di hotel bintang dari 130.323 orang (Januari-Juli 2017) meningkat menjadi 156.482 orang (Januari-Juli 2018), sementara Rata-rata Lama Tamu Menginap (RLTM) hotel bintang mencapai 1,41 hari atau lebih lama dibandingkan hotel nonbintang mencapai 1,26 hari.