- iklan -

JAKARTA, ITN- MERAYAKAN Hari Pariwisata Sedunia pada 27 September lalu,                Google membagikan sejumlah hasil analisis penting tentang perkembangan pariwisata di   Indonesia. Hal ini menarik diikuti karena anak muda tidak lagi berwisata atau merencanakan perjalanan seperti orang tua mereka.

Minat pada pariwisata dan pengalaman wisata terus  bertumbuh, terbukti dengan kenaikan penelusuran terkait wisata sebesar 39% sejak awal  2018 menurut Google Trends.

“Dalam 18 bulan terakhir, kami melihat sebuah lonjakan dalam industri wisata di Indonesia. Kami melihat adanya peningkatan minat pada akomodasi murah, baik branded maupun non-branded, sementara penelusuran untuk fitur dan layanan akomodasi naik sebesar 138% dari paruh pertama tahun 2018,” ujar Industry Manager Google Indonesia, Zulfi Rahardia baru-baru ini.

Menurutnya wisatawan makin selektif dan menginginkan layanan seperti pengembalian dana, pengubahan jadwal, dan penundaan pembayaran.

Dari paruh pertama 2018 hingga paruh pertama 2019, penelusuran untuk brand agregator perjalanan online (online travel aggregator, atau OTA) seperti Traveloka, Tiket.com, dan Pegipegi naik 20% secara agregat, sementara penelusuran untuk akomodasi hemat dalam kategori branded naik 5 kali lipat sepanjang periode yang sama.

“Sekitar 70% pengguna Pegipegi merupakan Milenial dan Generasi Z dan kami mencatat   generasi ini terus bertumbuh tiap tahunnya. Sebagai salah satu OTA terdepan di Indonesia, Pegipegi terus berkomitmen untuk membuka kemudahan akses perjalanan kepada seluruh masyarakat dengan harga yang kompetitif serta didukung dengan produk dan layanan yang lengkap dan praktis,” ujar CMO Pegipegi, Serlina Wijaya.

Penelusuran untuk “promo” naik 38% dari paruh pertama tahun 2018 sementara penelusuran  untuk akomodasi non-branded naik 58% selama periode 18 bulan yang sama.

“Dengan peningkatan minat pada wisata hemat, brand memiliki peluang untuk menjangkau pelanggan baru dari seluruh Indonesia, terutama untuk destinasi domestik,” ungkap Zulfi lebih lanjut.

Zulfi mengatakan, “Eksistensi di Google Search juga sangat penting saat wisatawan mencari ide aktivitas      selama berwisata, mengingat penelusuran lokal seperti ‘mall terdekat’ dan ‘tempat wisata terdekat’ naik lebih dari tiga kali lipat. Artinya, ada peluang untuk memanfaatkan penelusuran  mendadak yang dilakukan orang sewaktu mencari ide aktivitas di sekitar mereka”.

Penelusuran untuk aktivitas liburan secara umum telah melonjak sebesar 47% dari paruh pertama 2018 hingga paruh pertama 2019.Selain itu, taman hiburan menjadi makin populer.

Dufan, Taman Safari, Trans Studio Bandung, dan Jatim Park3 adalah taman hiburan teratas. Sementara Dieng, Gunung Bromo, dan Borobudur merupakan atraksi paling populer bagi para pelancong.

“Menjelang akhir tahun, kami melihat penelusuran terkait wisata rata-rata naik 20%        dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Penelusuran untuk destinasi domestik seperti       Jakarta dan Bali tetaplah yang teratas, tetapi Purwokerto, Padang, Banjarmasin, dan Cirebon muncul sebagai kota dengan popularitas yang paling meningkat selama setahun terakhir,” jelas Zulfi.

Penelusuran untuk destinasi internasional menurutnya naik 5% selama periode yang sama tahun lalu. Tujuan regional seperti Singapura, Bangkok, dan KL menempati posisi teratas, tetapi volume penelusuran untuk Paris dan Dubai juga mengalami pertumbuhan pesat.

Data Google Trends menunjukkan peningkatan 153% untuk “staycation” sejak Januari 2018, sedangkan hotel long-tail dan akomodasi murah menjadi kian populer.

Airy terus mempertahankan posisinya sebagai operator jaringan akomodasi nomor satu di Indonesia dengan lebih dari 2.000 partner hotel di lebih dari 100 kota. “Ini tercapai dengan memanfaatkan insight dari Google untuk mengetahui tren wisata di Indonesia dan menjadikannya dasar dalam menyusun strategi digital yang menyeluruh,” tambah Vice President Marketing Airy, Ika Paramita. (*/evi)

- iklan -