JAKARTA, ITN- Atraksi Lompat Batu Nias atau yang biasa disebut Fahombo Batu menjadi pembuka acara yang meriah pada peluncuran Festival Ya’ahowu Nias 2018 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Satpa Pesona, Jakarta Pusat, Senin Malam (25/6/18).
Fahombo Batu pada mulanya dilakukan oleh seorang pemuda Nias untuk menunjukkan bahwa pemuda yang bersangkutan sudah dianggap dewasa dan matang secara fisik, lompat batu juga untuk menguji ketangkasan seorang prajurit di medan perang.
Tiga pemuda Nias secara bergantian melompati batu di depan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, Menteri Hukum dan HAM yang juga tokoh masyarakat Nias, Yasona Laoly serta sejumlah tamu undangan yang hadir. Tak hanya itu Bupati Nias Selatan Hilarius Duha menjadi orang yang pertama didaulat untuk melompati batu tersebut meski akhirnya ia tak dapat melompatinya.
Dalam sambutannya Menpar mengatakan, Kepulauan Nias, Sumatera Utara (Sumut) layak dikembangkan menjadi destinasi utama kelas dunia, dan diproyeksikan tahun 2024 mendatang akan dikunjungi 1 juta wisatawan dari posisi sekarang baru sekitar 60 ribu wisatawan.
“Bila dari 1 juta wisatawan tersebut, 10 persennya atau 100 ribu adalah wisatawan mancanegara (wisman) akan diperoleh devisa langsung Rp1,1 triliun dan ini akan menyejahterakan masyarakat Nias,” ungkapnya.
Kunci menjadi destinasi utama kelas dunia menurut Arief Yahya, yakni dengan meningkatkan fasilitas unsur 3A (Atraksi, Amenitas, dan Aksesbilitas). Untuk atraksi Nias mempunyai keunggulan budaya (culture), dan alam (nature).
Festival Ya’ahowu Nias 2018 yang masuk dalam 100 Calender of Event Wonderful Indonesia (CoE WI) dan event World Surfing League (WSL), menurutnya cukup kuat untuk mendatangkan wisatawan. “Apalagi pantai Sorake Nias masuk 10 tempat surfing terbaik dunia. Event World Surfing yang berlangsung di sana akan mendatangkan banyak wisman,” ujarnya lebih lanjut.
Sementara dari sisi amenitas cukup dibangun homestay sebagai akomodasi yang cocok di sana, sedangkan untuk aksesibilitas Nias harus memiliki bandara internasional. “Bandara internasional menjadi kunci untuk menjadi destinasi kelas dunia, dan ini telah dibuktikan di tempat lain yakni Banyuwangi pariwisatanya tumbuh 300% karena memiliki bandara internasional. Begitu pula Bandara Internasional Silangit, Tapanuli Utara, pariwisata di sana sekarang tumbuh tiga kali lipat,” kata Menpar Arief.
Saat ini Bandara Binaka Nias, baru dikembangkan dengan panjang landasan pacu 2.200-2.500 meter dan lebar 30 meter sehingga baru bisa didarati pesat Bombardier CRJ 1.000 berkapasitas 100 penumpang. “Untuk menjadi bandara internasional minimal panjang landasan 2.500 meter lebar 45 meter dengan kekuatan menahan beban 56 PCN supaya dapat didarat pesawat jenis Boeing 737-800,” kata Menpar Arief.
Pariwisata Nias sudah menunjukkan kemajuan hal ini terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan yang tahun lalu hanya sekitar 40 ribu wisman, kini meningkat menjadi 60 ribu, dan tahun depan menargetkan 100 ribu. “Tahun 2024 akan mencapai target 1 juta wisman,” ujarnya.
Menpar menegaskan, “Pantai Sorake menjadi pantai nomor dua terbaik di dunia untuk aktivitas surfing setelah Hawaii”.
Yasona Laoly pada kesempatan mengajak pemerintah daerah (4 kabupaten dan 1 kota) dan masyarakat Nias bergandeng tangan untuk memajukan pariwisata. “Festival Ya’ahowu Nias 2018 menjadi agenda pariwisata andalan Nias harus diselenggarakan secara konsiten dan terus ditingkatkan kualiatasnya. Juga World Surfing League sebagai event yang membawa Nias dikenal ke seluruh dunia,” kata Yasona Laoly.
Bupati Nias Selatan Hilarius Duha menambahkan, “Festival Ya’ahowu Nias 2018 akan berlangsung di Nias Selatan pada 16-20 November 2018, sedangkan Nias World Surfing League di Pantai Saroke akan berlangsung 24-28 Agustus 2018 mendatang. Dua event andalan ini akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Nias”.
Festival Ya’ahowu Nias 2018 menargetkan sekitar 50.000 pengunjung. Para wisatawan ini akan menikmati berbagai rangkaian ancara di antaranya; pameran pembangunan, produk unggulan dan kuliner Nias; Ya’ahowu Nias parade (pawai budaya keliling kota Teluk Dalam dengan menampilkan busana daerah dari setiap peserta, kendaraan hias, marching band); atraksi budaya dari kabupaten kota se-Kepulauan Nias (Famozi Gondra, Orahu, Fame Afo, dan atraksi budaya lainnya); batu kolosal yang didukung oleh 100 orang pelompat batu dan akan masuk rekor MURI; serta aneka festival di antaranya Ono Niha Sea Food & Barbeque Festival; serta aneka lomba di antaranya lomba volley pantai. (evi)