- iklan -

JAKARTA, ITN- PERKEMBANGAN era digital di Indonesia saat ini tumbuh dengan pesat dan telah menjadi tombak peluang usaha bagi para pelaku bisnis khususnya perempuan.

Peluang ini pun juga dijadikan aji mumpung para kaum peremuan yang memiliki keahlian-keahlian yang bisa diterima oleh para pelaku usaha dalam meningkatkan kualitas usahanya.

Untuk itu Bank DBS Indonesia melalui SME Academy membuat sebuah diskusi bertajuk “Empowering Women in Digital Era”. SME Academy juga memberikan sebuah dukungan dari pembekalan yang dikhususkan untuk para Usaha kecil dan menengah atau UKM dalam meningkatkan usaha dan jaringan usaha mereka.

“Bank DBS Indonesia secara berkala mengadakan SME Academy bertujuan untuk mengembangkan UKM di Indonesia khususnya dalam iklim bisnis yang sangat dinamis saat ini, seperti transformasi digital, efisiensi administrasi, hingga modifikasi model bisnis,” ujar  Executive Director, Head of Marketing Communications PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika pada acara Empowering Woman in Digital Era yang diselenggarakan Bank DBS bersama Hipmi Jaya di Jakarta, Rabu (31/7/19).

Lebih lanjut Mona mengatakan “Untuk membahas masalah Sustainable Development Goal (SDG) khususnya goals kelima, yaitu gender equality. Oleh karena itu DBS SME Academy mengusung tema women empowerment, untuk mengedepankan pelaku bisnis perempuan dan segala tantangannya”.

Melalui acara ini pula Bank DBS Indonesia mengundang para pelaku usaha wanita yang hebat untuk berbagi kisah mereka hingga menumbuhkan semangat para kaum perempuan dalam memulai usaha atau berkarya dan berbisnis.

Pada sektor industri kecantikan misalnya kosmetik yang amat sangat identik wanita. Kosmetik lokal terutama saat ini sangatlah pesat perkembangannya dengan kualitas yang hampir sama dengan kosmetik dari luar. Namun dalam melakukan bisnis usahanya salah satu kosmetik brand lokal di Indonesia yaitu Polka membentuk suatu komunitas bagi para wanita untuk berbagi ilmu tentang kecantikan dan juga menjadikannya sebagai sumber penghasilan. Komunitas yang dinamakan  Polka Beauty Preneur ini memberdayakan para perempuan yang senang berjualan online.

Empat Kisah Inspiratif Perempuan Pengusaha di Era Digital
Pagelaran busana yang digelar pada acara Empowering Woman in Digital Era yang diselenggarakan Bank DBS bersama Hipmi Jaya di Jakarta, Rabu (31/7/19).

“Beauty preneur ini memberikan margin-margin menarik dari reseller atau agent polka disetiap daerahnya. Dalam mengatasi masalah pada usaha kita juga dibantu platform digital yaitu balesin.com dengan sistem admin robot jadi semua pesan yang masuk automatis bisa tebalas cepat,” ujar Co- Founder Polka Jelita Indonesia, Tiara Adikususmah.

Dalam melakukan kegiatan usaha suatu bisnis tentu tidak luput dari perkembangan teknologi Informasi atau TI. Adapun Blue Power Technology (BPT) suatu perusahaan dibidang implementasi insfrastruktur Teknologi Informasi (TI) untuk transformasi digital bisnis.

BPT sendiri telah berhasil membantu lebih dari 50 pelanggan dari berbagai industri untuk bergabung di Alibaba Cloud dalam waktu kurang dari dua tahun dengan dipimpin oleh seorang perempuan. Beberapa pelanggan perusahaannya termasuk perusahaan media terbesar dan paling terintergerasi di Indonesia.

Platform digital so important jadi kita bisa bantu dengan penguatan IT. Tentunya masalah yang sering dihadapi dari sisi adapatation with culture atau UMKM yang belum terbiasa dengan go digital. Namun jangan berkecil hati dan selalu tetap berusaha give our best” ujar Head of Cloud Business Blue Power Technology, Karina Yoveline.

Dan sebuah usaha tidak luput dari masalah financial, untuk itu Gradana.co.id suatu platform pinjaman dengan fokus pembiayaan property dengan kebutuhan cicil uang muka (down payment/DP) rumah memberikan solusi permasalahan beberapa kesenjangan dalam usaha. Dengan tentunya memanfaat teknologi digital Gradana menyiapkan produk-produk yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan seperti GraDP, GraSewa, dan GraKarya.

“Fokus pembiayaan property itu adalah jenis – jenis pembiayaan yang bisa kita fasilitasi. Tentunya beberapa masalah yang kita hadapi yaitu financial literasi kemelekan tentang produk property jadi harus mengerti produk investasi ataupun sisi pinjaman, adapun akses informasi yang terbatas dan terbiasa dengan hal – hal konvensional hal ini yang harus kita perjuangkan tidak hanya via online jadi via offline pun kita usahakan,” ujar Co- Founder Gradana Indonesia, Angela Oetama.

Angela mengungkapkan,  “Selalu posisikan diri kita bukan sebagai wanita, act professional, let your brain lead your capacity explore”.

Sementara dari sektor sekmen wirausaha sosial ada Du’Anyam yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan dengan meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui produksi dan pemasaran produk kerajinan anyaman daun lontar di daerah terpencil Indonesia.

Head of Digital Sales & Marketing Du’ Anyam, Tiolora Lumbantoruan menjelaskan pada tahun 2014,  ia dan dua temannya berkunjung ke Flores Timur. Saat itu, mereka melakukan pelatihan hingga membantu memasarkan barang-barang kerajinan hingga mendatangkan desainer untuk memodifikasi produk.

Du’Anyam yang merupakan binaan dari Bank DBS saat ini telah bekerjasama dengan hampir seribu ibu-ibu penganyam di 50 Desa di Flores Timur dan Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), serta Nabire, Papua dan telah berhasil meningkatkan pendapatan mereka sebesar 40%.

Du’Anyam juga telah memasok lebih dari 90.000 produk kerajinan anyaman di beberapa perhotelan, perusahan maupun pembeli retail di Indonesia dan di mancanegara.

“Kami membantu para ibu-ibu yang melakukan crafting dan bisa menjualnya menjadi suatu craft yang dibutuhkan, masalah yang biasa dihadapi yaitu lebih di efisiensi jadi harus menjaga cost suistainable, serta meningkatkan analisa dalam mencari cara lain untuk mendorong cost,” ujar Tiolora Lumbantoruan.

Ia menambahkan “Kita sebagai pelaku usaha harus benar-benar tahu diri sendiri kekuatan dan kelemahan pada bisnis kita”.

Menurutnya Du’Anyam rutin mengadakan pelatihan, setidaknya selama tiga hingga empat kali dalam setahun. (sishi)

- iklan -