MALANG, ITN – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menginginkan Desa Wisata Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, bisa naik kelas dengan mengoptimalkan daya tarik berupa Ekowisata Boon Pring.
Ekowisata Boon Pring merupakan tempat wisata berbentuk telaga di area hutan bambu yang dilengkapi dengan berbagai atraksi seperti sepeda air, perahu, kolam renang, hingga terdapat Arboretrum Bambu (museum pohon bambu).
Bersamaan dengan visitasi 50 besar desa wisata terbaik ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 di desa Wisata Senankerto, Menparekraf mengatakan saat ini telah terdapat kurang lebih 115 jenis pohon bambu dan sudah diberi penanda (papan informasi nama).
“Desa Wisata Sanankerto ini mempunyai keunggulan yaitu 115 spesies bambu dan juga ada Arboretrum Bambu yang InsyaAllah jika divalidasi bisa menjadi yang terbesar di Indonesia. Ini adalah daya tarik utama dan menurut saya bisa dikembangkan desa wisata berbasis edukasi dan juga berbasis ecotourism atau wisata berbasis lingkungan. Kali ini kita berharap Desa Wisata Sanankerto bisa menyusul pendahulunya, Desa Wisata Kujon Kidul, sebagai desa wisata kelas dunia,” ujar Menparekraf, Sabtu (16/10/2021).
Lebih lanjut Menparekraf menambahkan bagi para pecinta fotografi, Boon Pring merupakan lokasi yang memiliki momen Ray of Light (Rol), yang sering diburu oleh para fotografer. Keindahan sinar matahari pagi yang menerobos rimbunnya daun bambu, menghasilkan berkas sinar yang sangat indah.
Desa Wisata Senankerto membagi pemusatan potensi wisata dalam beberapa klaster antara lain Kampung Nenem sebagai sentra budidaya tanaman sayuran maupun tanaman hias; Kampung Budaya 89, merupakan pusat kegiatan kesenian dan sentra ekonomi kreatif; Kampung Rolas, yang merupakan tempat pembudidayaan ikan koi dan nila. Dan ada juga Kampung Dolanan.
Potensi Desa Wisata Sanankerto kian lengkap dengan wisata seni dan budaya, diantaranya terdapat Musik Tradisional Dengkrok, Cucuk Lampah, Kesenian Gejog Lesung, dan Tari Topeng.
Sentra ekonomi kreatif yang tersedia berupa produk kuliner Telur Asin Asap, Jamu Organik, Carang Mas, Opak, dan Kripik Tempe, lalu produk fesyen khas seperti Batik Tulis Boon Pring, dan ada juga produk kesenian wayang, suvenir berbahan dasar bambu menjadi penambah daya tarik Desa Wisata Sanankerto.
“Pada intinya desa wisata ini adalah lokomotif kita untuk menggerakkan kembali ekonomi untuk membuka lapangan kerja. Dengan dibuka desa wisatanya insyaAllah akan lebih baik,” jelas Sandiaga.
Selain melihat langsung potensi yang ada dan meninjau penerapan protokol kesehatan
di Desa Wisata Senankerto, Menparekraf Sandiaga juga menyempatkan diri berdialog dengan pelaku ekraf salah satunya bernama Wiwit yang kebetulan sedang mengandung.
Menparekraf mengungkapkan rasa takjubnya dengan Wiwit yang tetap semangat berjualan keripik untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam keadaan mengandung telah menginjak 8 bulan.
“Saya salut Bu Wiwit hamil 8 bulan tapi masih berjuang, masih semangat karena walaupun omzetnya turun, dia ingin tetap menjadi tulang punggung keluarga dengan menjual kripik tempe,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Menparekraf Sandiaga memberikan modal usaha kepada Wiwit untuk mengembangkan usahanya. Wiwit juga meminta Menparekraf Sandiaga untuk mengelus perutnya dengan harapan kelak sang anak bisa sukses seperti Menparekraf Sandiaga.
“Semoga bisa sukses seperti Pak Menteri, aamiin,” ujar Wiwit.
Bupati Malang, Sanusi, menyampaikan terima kasih atas dukungan Menparekraf Sandiaga Uno dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di wilayahnya.
“Alhamdulillah, Desa Sanankerto bisa masuk ajang ADWI. Semoga kami bisa memberikan yang terbaik. Dan terima kasih Pak Menteri atas kepercayaanya desa kami terpilih 50 besar desa wisata terbaik di Indonesia,” ungkap Sanusi.
Turut mendamping Menparekraf Sandiaga Uno Direktur Tata Kelola Destinasi, Kemenparekraf/Baparekraf Indra Ni Tua.