- iklan -

JAKARTA, ITN- Jelang Pemilu (Pemilihan Umum), Praxis didukung oleh Public Affairs Forum Indonesia (PAFI), resmi merilis hasil studi terkait persepsi masyarakat Indonesia terhadap pelayanan publik, kualitas pemimpin eksekutif dan legislatif, serta pola konsumsi media masyarakat.

Survei independen tersebut dilakukan pada 13-18 Maret 2023 terhadap 1.102 responden, dengan rentang usia 16 sampai 45 tahun. Dilakukan di 12 kota besar di Indonesia, studi tersebut menghasilkan sejumlah temuan menarik di segmen pemilih Gen Z dan millenial (Gen Y).

“Latar belakang kami mengadakan survei ini adalah untuk mempelajari tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan publik yang sudah dilakukan oleh pemerintah. Saya percaya penemuan menarik dari survei ini dapat menjadi masukan yang membangun bagi tokoh pemerintah Indonesia, sehingga pada akhirnya ekosistem demokrasi yang lebih sehat dapat tercipta,” ujar Director of Public Affairs Praxis PR dan Wakil Ketua Umum Public Affairs Forum Indonesia (PAFI) Sofyan Herbowo, di Jakarta, Senin (10/2/2023).

Jelang Pemilu ini Hasil #PraxiSurvey Terkait Persepsi Gen Z dan Millennial terhadap Layanan Publik, Kualitas Pemimpin, dan Konsumsi Media
Sofyan Herbowo

Menurut Sofyan ada sejumlah temuan yang berhasil terungkap dari studi tersebut, diantaranya yakni:

  • Mayoritas Gen Z (90,80%) merasa penegakkan hukum eksekutif pusat masih belum memuaskan, sedangkan Gen Y (67,15%) dan Gen X (49,30%) merasa bahwa pembangunan ekonomi yang paling belum memuaskan. Sebanyak 62,73% responden menilai bahwa penegakan hukum yang dilakukan pemerintah pusat belum memuaskan. Sedangkan untuk infrastruktur pelayanan publik angkanya sebesar 56,62%. Gen Z yang berusia di atas 40 tahun ini menganggap penegakan hukum terkait korupsi dan lain-lain itu bukan suatu yang penting. Ini terjadi karena sudah ada “tolerensi” akibat faktor kebutuhan ekonomi.
  • Platform media sosial menjadi sumber informasi yang paling sering dikonsumsi. Youtube (69,96%) dan Instagram (69,42%) menjadi platform yang paling sering dikonsumsi. Selanjutnya, diikuti oleh media online (57,99%), TV (53,36%), dan Facebook (42,29%). Adapun TikTok dan Twitter menjadi platform yang paling populer di segmen Gen Z dan millenial.
  • Konten politik menjadi salah satu konten yang paling jarang dikonsumsi, yakni hanya mencapai 36,12%. Lima konten tertinggi yang paling banyak dikonsumsi adalah food (61,25%), entertainment (55,44%), kesehatan (52,81%), news (50,91%), dan Teknologi (50,45%). Ada kesenjangan dari konten yang sekarang ada di media. Konten-konten tersebut lebih banyak membahas soal kepentingan elit politik, bukan kepentingan publik.
  • Pria (45,62%) ternyata lebih sering mengakses konten politik jika dibandingkan perempuan (28,48%).
  • Kejujuran dan integritas merupakan kualitas yang dianggap masyarakat paling penting untuk dimiliki oleh tokoh pemerintah eksekutif (62,62%) dan legislatif (76,40%).
  • Kualitas yang penting dimiliki untuk tokoh pemerintahan eksekutif menurut laki-laki adalah visi misi (42,36%), sedangkan perempuan adalah etos kerja dan dedikasi (44,68%). Adapun kualitas yang penting dimiliki untuk tokoh pemerintahan legislatif menurut laki-laki adalah visi misi (28,11%), Sedangkan perempuan adalah etos kerja dan dedikasi (33,88%), dan empati (33,22%).
  • Sebanyak 65,61 persen masyarakat belum puas dengan Layanan Pembangunan Ekonomi dari Pemerintah Eksekutif Pusat. Untuk Pemerintah Eksekutif Daerah, 65,06 persen masyarakat belum puas dengan Layanan Infrastruktur dan Layanan Publik.

Ketidakpuasan publik terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah pusat menurutnya karena terjadi perbedaan persepsi antara publik dan pemerintah.

“Pemerintah pusat mengklaim pembangunan ekonomi cukup baik dengan menggunakan beberapa indikator, di antaranya pertumbuhan ekonomi, surplusnya neraca perdagangan, indikator-indikator makro, besaran investasi, dan seterusnya,’ ungkap Sofyan.

Menurutnya, pembangunan ekonomi ini berbeda dengan persepsi di level masyarakat. Bagi masyarakat, itu bicara gampangnya lapangan kerja, murahnya harga bahan-bahan pokok, daya beli tinggi, dan transportasi murah.

“Jadi ada kesenjangan antara pembangunan ekonomi pemerintah pusat dengan yang dirasakan publik,” ujarnya.

Sofyan mengatakan, “Pihaknya melakukan survei pada 13–18 Maret 2023 menggunakan proporsional multi stage random sampling dengan margin of error sekitar 2,5% dan tingkat kepercayaan 90%”.

Survei dilakukan terhadap 1.102 orang responden populasi pengguna telepon pintar (smart phone) yang tersebar di 12 provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Kepulauan Riau (Kepri), dan Lampung.“Demografinya 12 provinsi, ini fokus ke tempat-tempat padat pemilih atau kantong-kantong suara,” ungkapnya.

Responden terdiri dari sebanyak 44,56% laki-laki dan perempuan sejumlah 55,44%. Gen Z 32,40%, Gen Y 54,90, dan Gen X 12,70%. Mayoritas 81,31% dan kelompok rentan 18,69%. (evi)

- iklan -